Selasa, 18 November 2014

TIPE-TIPE KERUSAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

Kerusakan perkerasan Kaku/Beton sering terjadi oleh akibat turunnya kualitas bahan. 
Kerusakan  ini  adalah  akibat  dari  hancurnya  beton,  karena  menggunakan  campuran  dari 
material yang daya tahan terhadap perubahan iklim kurang baik. Perkembangan retak sering 
terjadi berangsur-angsur yang pada akhirnya akan merusakkan seluruh area perkerasan. 
Kerusakan pada perkerasan kaku dapat di akibatkan oleh dua hal:



1.  Kondisi perkerasan yang memburuk atau kurangnya mutu kekuatan perkerasan beton 
yang disebabkan oleh: 
a.  Material pembentuk yang tidak awet 
b.  Proses beku – cair es 
c.  Reaksi agregat alkali. 
d.  Melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel) 
e.  Tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan. 
2.  Kerusakan  yang  diakibatkan  oleh  lemahnya  struktur  perkerasan  beton,  lapis  pondasi 
bawah dan tanah dasar yang disebabkan oleh: 
a.  Akibat beban yang berlebihan 
b.  Pemompaan 
c.  Pecahnya bagian pojok pelat 
d.  Rusaknya sambungan dan lain-lain. 

Kerusakan perkerasan kaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 
8.1).  Deformasi (Deformation). 
Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan perkerasan dari bentuk aslinya.  
•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Beban lalu lintas 
2). Pengaruh  lingkungan  atau  pengaruh  lain  misalnya  tanah  pondasi  mudah 
mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan. 
3). Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat. 


•  Resiko lanjutan 
1). Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan. 
2). Dapat  menimbulkan  genangan  air  yang  memungkinkan  air  masuk  ke  dalam 
perkerasan. 
1.1).  Pemompaan (Pumping) 
  Pemompaan  adalah  peristiwa  terpompanya/terangkatnya  campuran  air,  pasir, 
lempung dan atau lanau di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal, dan 
pinggir perkerasan oleh gerakan berulang-ulang pelat beton akibat beban lalu lintas 
(Gbr.  8.1).  Tipe  kerusakan  semacam  ini  tidak  mudah  untuk  diidentifikasi. 
Kemungkinan  kerusakan  dapat  dikenali  dengan  sambungan  atau  retakan  yang 
sampingnya terdapat endapan material berbutir halus yang terpompa. 









Gbr. 8.1. Butiran Halus Keluar Akibat Pemompaan Saat Hujan 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah dasar dan/atau lapis 
pondasi 
2). Ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara 
berulang-ulang,  sehingga  mengurangi  dukungan  tanah  dasar  pada  pelat 
beton. 
•  Resiko lanjutan 
1). Area yang mengalami pemompaan meluas. 
2). Memicuh terjadinya retakan dan rocking 
3). Kehilangan kenyamanan dan keselamatan kendaraan. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Persen panjang sambungan yang dipengaruhi pemompaan 
•  Cara perbaikan 
1). Menutup  retakan  atau  celah  sambungan  dengan  material  pengisi  (Joint 
sealing).  
2). Menyutikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat 
yang retak (under seal). 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI, identifikasi dan pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.1.(Shahin, 1994). 
Tabel. 8.1. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan 
Pemompaan (Pumping) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 

Tidak  ada  definisi  derajat  kerusakan.  Cukup  di 
identifikasi bahwa telah terjadi pemompaan. 
Bagian bawah diisi (underseal), 
penutupan  sambungan  atau 
retak, pulihkan transfer beban 

1.2).  Blow – Up / Buckling   
Blow – Up / Buckling adalah rusaknya perkerasan beton akibat tekuk (buckling) lokal 
dari perkerasan beton (Gbr. 8.2). Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan 
melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras 
mengisi sambungan sehingga menghambat pemuaian pelat beton, akibatnya ujung 
pelat beton terangkat secara lokal dan tekuk terjadi di dekat sambungannya. Blow – 
Up sering terjadi selama musim panas, dimana pelat memuai secara berlebihan. 
Menghindari Blow – Ups adalah dengan merawat sambungan secara regular, agar 
ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu 
dibersihkan. 






Gbr. 8.2a. Skema Blow – Ups Pada Perkerasan Beton (FHWA 2003) 


   






Gbr. 8.2b. Rusaknya Perkerasan Beton Pada Sambungan Akibat Blow-Ups 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Sambungan pelat terisi dengan material keras (material tidak mudah mampat: 
pasir, kerikil, sehingga menghambat pemuaian pelat beton. 

•  Resiko lanjutan 
1). Menyebabkan terjadinya retakan dan gompal. 
2). Jika Blow-up berjarak dekat, maka akan merusakkan fungsi jalan raya. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Beda elevasi beton yang mengalami tekuk. 
2). Jumlah dan kondisi sambungan yang mengalami kerusakan yang sama. 
3). Pada satu retakan, blow-ups terjadi pada sambungan dan mempengaruhi 
dua pelat beton, maka kerusakan harus dianggap terjadi pada dua pelat 
beton. 

•  Cara perbaikan 
1). Menambal kedalaman parsial atau diseluruh kedalaman pelat. 
2). Penggantian pelat. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI,  identifikasi  dan  pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.2.(Shahin, 1994). 


Tabel. 8.2. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan Tekuk 
(Blow-Ups/Buckling) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
L* 
Tekuk  menyebabkan  sedikit  gangguan  kenyamanan 
kendaraan 
Belum  perlu  diperbaiki. 
penambalan  parsial  atau  di 
seluruh kedalaman. 
M* 
Tekuk  menyebabkan  gangguan  kenyamanan 
kendaraan  
Penambalan  diseluruh 
kedalaman, penggantian pelat.  
H* 
Tekuk  menyebabkan  besar  pada  kenyamanan 
kendaraan  
Penambalan  diseluruh 
kedalaman, penggantian pelat. 

1.3).  Penurunan atau Patahan (Settlement or Faulting). 
Penurunan atau patahan adalah beda elevasi dua pelat beton pada sambungan 
(Gbr.  8.3.)  atau  retakan.  Patahan  biasanya  terjadi  akibat  tidak  adanya  transfer 
beban di antara dua pelat yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume 
lapisan tanah di bawah pelat tersebut. Gbr. 8.3. menunjukkan perkerasan beton 
dengan tampa alat transfer beban yang diberikan pada sambungan. Patahan di 
sambungan  mengakibatkan  kurang  nyamannya  pengendara  dan  termasuk 
kerusakan fungsional. 








Gbr. 8.3. Patahan Yang Mengakibatkan Beban Elevasi Antara Dua Pelat Beton 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Beban kejut lalu lintas yang bergerak di atas sambungan. 
2).  Dukungan tanah dasar dan lapis pondasi buruk. 
3).  Pelat tertekuk atau bergelombang akibat perubahan temperatur atau beda 
kelembaban. 
4).  Hilangnya butiran halus material lapis pondasi akibat pemompaan. 
5).  Perubahan volume tanah dasar. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Menimbulkan suara yang mengganggu ketika kendaraan lewat. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Beda elevasi melintang sambungan atau retakan. 
2).  Jumlah pelat yang dipengaruhinya. 
•  Cara perbaikan 
1).  Mengembalikan pelat ke posisinya semula dengan cara pengisian bagian 
dasar pelat beton (pengisian rongga di bawah pelat). 
2).  Untuk beda elevasi kurang dari 25 mm, diberikan lapis perata dan pengisi 
retakan. 
3).  Bila beda elevasi lebih dari 25 mm, perbaikan dilakukan dengan menambal 
atau  dengan  mengganjal  pelat  dengan  pasak  yang  diikuti  dengan  lapis 
tambahan aspal (overlay) 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI,  identifikasi  dan  pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.3.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.3. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan 
Penurunan (Settlement) atau Patahan (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
L  Beda elevasi 1/8 – 3/8 inc (3 – 10 mm)  Belum perlu diperbaiki. 
M  Beda elevasi > 1/8 – 3/8 inc (3 – 10 mm)  Patahan di asah ( grind)*  
Tambalan  sangat  rusak  dan/atau  kenyamanan 
kendaraan sangat terganggu 
Diasah * 
* Jika patahan disebabkan oleh penurunan atau hilangnya dukungan, maka dapat di pertimbangkan 
bagian bawahnya diisi dan dipasang alat transfer beban. 

1.4).  Punch – Out 
  Punch  –  Out  adalah kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah menjadi 
beberapa bagian yang relatif kecil, sering diikuti dengan tenggelamnya pecahan 
pelat (Gbr. 8.4.). Punch  –  Out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya 
didefinisikan dari retakan dan sambungan, atau retak yang berjarak dekat berkisar 
1,5 meter. 










Gbr. 8.4. Perkerasan Beton Yang Pecah Menjadi Beberapa Bagian Yang Lebih Kecil Dan 
Diikuti dengan Tenggelamnya Pecahan Pelat (Punch – Out) 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Pelat perkerasan beton yang terlalu tipis. 
2).  Pengecoran beton buruk (tidak sesuai spesifikasi yang sudah ditetapkan). 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Retak meluas yang diikuti dengan amblesan. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman amblesannya pecahan. 
2).  Luas daerah yang mengalami kerusakan. 
  Dalam metode Indeks Kondisi Perkerasan / Pavement Condition Index (PCI), 
jika pelat mengalami satu atau lebih punch – out maka tingkat kerusakan di 
hitung berdasarkan pelat yang mempunyai kerusakan terparah. 

•  Cara perbaikan 
1).  Retakan diisi. 
2).  Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah. 

Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.4.(Shahin, 1994). 



Tabel. 8.4. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecahan Pelat (Punch - out) (Shahin, 1994) 

Tingkat Keparahan dari 
Kebanyakan / 
Beberapa Retak 
Jumlah Pecahan Dalam Pelat 
2 - 3  4 - 5  > 5 
L  L  L  M 
M  L  M  H 
H  M  H  H 
L       : Belum perlu perbaikan : penutupan retakan 
M     : Penambalan di seluruh kedalaman 
H      : Penambalan di seluruh kedalaman 

1.5).  Rocking 
  Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan 
atau  retakan  akibat beban lalu  lintas  (Gbr. 8.5.).  Biasanya  Rocking  terjadi oleh 
akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan lapisan pendukung dibawah pelat 
sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen. 







Gbr. 8.5. Rocking Pada Sambungan 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah. 
2).  Tanah dasar yang buruk 
3).  Terjadi beda penurunan pada tanah dasar. 
4).  Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar akibat 
pemompaan. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Retak yang diikuti dengan patahan. 
3).  Rocking meluas yang diikuti dengan pecahan beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Besarnya gerakan pelat yang diakibatkan oleh lewatnya kendaraan tidak dapat 
selalu diidentifikasi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Dilakukan penutupan retak dengan bahan pengisi retakan (Crack Filling). 
2).  Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi sambungan (Joint Sealing) 
3).  Jika mungkin pelat yang patah diangkat ke posisi semula dan diikuti dengan 
pengisian dengan bahan pengisi misalnya dengan semen. 

8.2).  Retak (Cracks) 
           Retak yang terjadi pada perkerasan beton disebabkan oleh beberapa faktor 
dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam. 
           Retak susun terjadi akibat dari penyusutan beton sendiri. retak ini sering terjadi 
selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak 
yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang.  
          Semua Perkerasan dari beton semen portland akan mengalami retak susut, tapi 
bila perancangan baik, maka retak ini bisa dikendalikan sehingga tidak merusakkan 
perkerasan. 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Kekuatan (mutu bahan dan tebal beton berkurang. 
2). Beban kendaraan berlebihan (overload) 
3). Kehilangan  dukungan  tanah  dasar  yang  diakibatkan  oleh  pemompaan 
(Pumping). 
4). Rasio  lebar  pelat  beton  terhadap  panjang  tidak  benar  (sambungan  terlalu 
jauh). 
5). Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur. 
6). Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambungan dowel macet 
atau melengkung, atau sambungan terlalu melebar. 
7). Sambungan tidak cukup dalam, atau buruknya sambungan.  
10 

Problem  terbesar  adalah  infiltrasi  air  dan  bahan  keras  yang  masuk  ke  dalam 
sambungan,  sehingga  menghambat  pemuaian.  Hal  ini  terakhir  ini  dapat 
menimbulkan tegangan tekan yang tinggi pada sambungan. 
•  Resiko lanjutan 
1). Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional) 
2). Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan beban kelapisan di 
bawahnya. 
3). Hilangnya keindahan permukaan jalan. 
4). Korosi pada tulangan beton 
5). Masuknya air ke lapisan lebih dibawah, sehingga dukungan terhadap pelat 
melemah. 
•  Cara perbaikan 
1). Jika perkerasan beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan di tutup. 
2). Jika terdapat problem struktural, maka harus di tambal pada seluruh 
kedalaman. 
3). Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan aspal 
atau bahan semen. 
4). Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan perekat agar 
supaya masukknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah. 
5). Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan 
terjadi kerusakan perkerasan secara menyeluruh.  










Gbr. 8.6. Tipe-Tipe Retak Pada Perkerasan Kaku (AUSTROADS, 1987) 
11 

Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987) adalah seperti 
pada Gbr. 8.6. berikut: 
1.  Retak memanjang (Longitudinal Cracks) 
2.  Retak melintang (Transversal Cracks) 
3.  Retak diagonal (Diagonal Cracks) 
4.  Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks) 
5.  Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)  
6.  Retak Teluk (Warping Cracks) 
7.  Retak Susut (Strinkage Cracks) 
8.  Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks) 
9.  Retak Pelat Terbagi (Devided Slab) 
10. Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking)  

2.1).  Retak memanjang (Longitudinal Cracks) 
Retak  memanjang  atau  Longitudinal  adalah  retak  individual  atau  tidak  saling 
berhubungan satu sama lain yang memanjang disepanjang perkerasan (Gbr. 8.7) . 
Retak ini bila nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar. 









Gbr. 8.7. Retak Memanjang Diikuti Gompal 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Beda penurunan tanah dasar. 
2).  Sudut lateral, karena pelat terlalu lebar. 
3).  Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur lintasan lalu lintas. 
12 

4).  Sambungan memanjang terlalu dangkal. 
5).  Pelat kurang tebal. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Jarak retakan. 
3).  Panjang retakan. 
4).  Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 

Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.5. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecahan Pelat (Punch - out) (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Perkerasan Beton 
Tanpa Tulangan 
Retak tidak terisi <  ½ inc (12 mm) 
atau retak terisi sembarang pengisi, 
dengan  pengisi  dalam  kondisi  baik. 
Tidak ada patahan. 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penutup retak (seal  Cracks) 
> 1/8 inc (3 mm) 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
1. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai 2 inc, lebar ½ - 2 inc (12 – 
51 mm) 
2. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai  2  inc  (51  mm),  dengan 
patahan < 3/8 inc (10mm) 
3. Retak tak terisi atau terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retakan 
13 

Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
1. Retak tak terisi dengan lebar > 2 
inc (51 mm) 
2. Retak tak terisi atau terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retak, penambalan 
di seluruh kedalaman, pelat 
diganti 
Perkerasan Beton 
Bertulang 
Retak tidak terisi 1/8 – 1 inc (3 – 25  
mm)  atau  retak  terisi  sembarang 
lebar, dengan pengisi dalam kondisi 
baik. Tidak ada patahan. 
Belum perlu diperbaiki; 
penutup retak (seal Cracks) 
> 1/8 inc (3 mm) 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
4. Retak tak terisi, sembarang lebar 1  
- 3 inc (25 –  76 mm) dan tak ada 
patahan 
5. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai  3  inc  (76  mm),  dengan 
patahan < 3/8 inc (10mm) 
3.  Retak  terisi,  sembarang  lebar 
diikuti patahan 3/8 inc (10 mm). 
Penutup retakan 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
2. Retak tak terisi dengan lebar > 3 
inc (76 mm) 
2. Retak terisi atau tak terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retak, penambalan 
di seluruh kedalaman, pelat 
diganti 


2.2).  Retak melintang (Transversal Cracks) 
             Retak  melintang  atau  transversal  adalah  retak  individual  atau  tidak  saling 
berhubungan  satu  sama  lain,  yang  melintang  perkerasan  beton.  Jika  pelat  yang 
panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi 
yang  berlebihan  dari  pelat.  Contoh  retak  melintang  pada  perkerasan  beton 
diperlihatkan dalam Gbr. 8.8 berikut: 
   








Gbr. 8.8. Retak Melintang 
14 

       Perkerasan beton semen portland yang tidak dilengkapi dengan tulangan baja 
untuk perubahan temperatur, akan lebih beresiko mempunyai retak melintang yang 
besar.  
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).    Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton terlalu panjang. 
2).  Adanya rocking (gerakan vertikal pada sambungan atau retakan, oleh beban 
dinamis lalu lintas) 
3).  Pelat beton kurang tebal 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Jarak retakan. 
3).  Panjang retakan. 
4).  Luas daerah yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994)
    


15 

2.3).  Retak diagonal (Diagonal Cracks) 
              Retak diagonal adalah retak induvidual atau tidak saling berhubungan satu 
sama  lain  yang  menyilang  secara  diagonal  pada  perkerasan  beton,  Gbr.  8.9. 
menunjukkan retak diagonal pada perkerasan kaku akibat pecahnya struktur pada 
perkerasan beton yang dibangun pada tanah dasar dari pasir halus. 
  Kerusakan yang berupa pecahannya pelat beton terjadi pada bagian sudut pelat. 
Penyebab  kegagalan  struktur  semacam  ini  adalah  akibat  dari  memadatnya  tanah 
dasar pasir halus, segingga mengurangi kekuatannya dalam mendukung pelat. Kondisi 
ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang berlebihan dalam 
pelat. 










Gbr. 8.9. Retak Diagonal Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).    Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton yang berlebihan. 
2).  Penurunan tanah dasar dan perkerasan. 
3).  Pelat beton kurang tebal. 
4).  Pelat mengalami rocking 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
16 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994) 

2.4).  Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks) 
  Retak  berkelok-kelok  adalah  retak  berkelok-kelok  tidak  beraturan  individual  atau 
tidak saling berhubungan satu sama lain seperti pada Gbr. 8.10. berikut. 







Gbr. 8.10. Retak Berkelok-Kelok Pada Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Penyusutan pelat beton selama masa pengeringan beton dengan panjang 
pelat beton yang berlebihan. 
2).  Penurunan tanah dasar dan perkerasan. 
3).  Pelat beton kurang tebal. 
4).  Pelat mengalami rocking 
17 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan yang dominan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Jumlah pelat beton yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.5.(Shahin, 
1994). 

2.5).  Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)  
Pecah sudut/Retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat 
beton dengan bentuk pecahan berupa segitiga seperti pada Gbr. 4.11. berikut. 
Pecahan beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah 
dari panjang pelat di ke dua sisi panjang dan lebarnya diukur dari sudut pelat. 
Pecah  sudut  berbeda  dengan  gompal  sudut,  dimana  pecah  sudut  berkembang 
memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedangkan gompal sudut adalah gompal 
yang memotong sambungan dengan sudut tertentu (Shahim 1994). 



18 










Gbr.8.11. Pecah / Retak Sudut 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Beban lalu lintas berulang yang berlebihan dan kurangnya dukungan tanah 
dasar. Kurangnya dukungan tanah dasar diakibatkan oleh pemompaan atau 
hilangnya transfer beban pada sambungan memanjang dan melintang. 
2).  Pelat beton kurang tebal. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Jumlah pelat beton yang dipengaruhi. 
Kerusakan dicatat sebagai kerusakan satu pelat, bila: 
a.  Berisi satu pecah sudut. 
b.  Berisi lebih dari satu pecahan dari satu tingkat kerusakan tertentu. 
c.  Berisi satu atau lebih pecahan dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. 
Untuk dua atau lebih pecahan, tingkat kerusakan tertinggi yang dicatat. 

19 

•  Cara perbaikan 
1).  Pengisian  retak  dengan  aspal  untuk  retakan  melebihi  3  mm.  Retakan 
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.6.(Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.6. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecah/Retak sudut (Cornet Break) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Pecah didefinisikan oleh retak kecil* dan area antara 
pecahan  dan  sambungan  tidak  retak  atau  mungkin 
sedikit retak. 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penurunan  retak  >  1/8  inc  (3 
mm) ** 
Pecah didefinisikan oleh retak sedang* dan/atau area 
antara  pecahan  dan  sambungan  mengalami  retak 
ukuran sedang. 
Penutupan  retak,  penambalan 
di seluruh kedalam ** 
Pecah  didefinisikan  oleh  retak  besar  sangat  parah* 
dan/atau  area  antara  pecahan  dan  sambungan 
mengalami retak sangat parah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalam** 
*     Lihat retal linier untuk definisi retak kecil, sedang, dan besar. 
**  Harus dicek terhadap hilangnya dukungan pondasi atau rongga di bawah sudut pelat. Jika kondisi 
tersebut terjadi, dilakukan pengisian dan pemasangan alat transfer beban. 

2.6).  Retak Tekuk (Warping Cracks) 
  Jika perkerasan beton dibangun tanpa sambungan, retak tekuk dapat terjadi dengan 
acak. Tekukan yang nampak sebagai retak memanjang yang diperlihatkan dalam Gbr. 
8.12.  menunjukkan bahwa  beda  gerakan  telah  terjadi pada  retakan  yang  diikuti 
rusaknya beton. 






Gbr. 8.12. Retak Akibat Tekuk Yang Membentuk Retakan Memanjang 
20 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Perubahan  temperatur.  Perubahan  panjang  oleh  kenaikan  suhu, 
menghasilkan  tegangan  tinggi  pada  sumbu  permukaan  perkerasan  beton, 
sehingga pelat retak, karena tertekuk.  
2).  Beban  lalu  lintas  cenderung  memperparah  atau  menambah  munculnya 
retakan. 
2).  Pelat beton kurang tebal. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. Dapat mengakibatkan 
bingungnya pengendara pada letak garis sumbu jalan. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Luas daerah yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk  celah  yang  kecil  (misalnya  kurang  dari  5  mm),  maka  dilakukan 
pengisian  celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk 
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 

2.7).  Retak Susut (Shrinkage Cracks) 
  Retak  susut  adalah  retak  rambut  yang  biasanya  hanya  beberapa  feet  dan  tidak 
berkembang  memotong  seluruh  pelat  (Gbr.  8.13).  Retak  ini  terjadi  saat  waktu 
penawaran beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal 
pelat. 

21 











Gbr. 8.13. Retak Susut Pada Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Penyusutan beton pada waktu masa perawatan 

•  Resiko lanjutan 
Retak menyebar keseluruh kedalaman 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jika satu atau lebih retak susut nampak di suatu pelat beton, pelat dihitung 
sebagai satu pelat yang mengalami retak susut. 

•  Cara perbaikan 
Tidak perlu diperbaiki. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.7.(Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.7. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Retak susut (Shrinkage Cracks) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 

Tidak  ada  definisi  derajat  kerusakan.  Cukup 
diindikasikan bahwa telah terjadi retak akibat susut. 
Belum perlu diperbaiki 

22 

2.8).  Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks) 
  Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih 
kepingan, oleh akibat beban lalu lintas berlebihan dan/atau dukungan yang buruk 
(Gbr. 8.14). berikut: 









Gbr. 8.14. Retak Bersilangan dan Pelat Beton Pecah 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Beban berlebihan dan kurang dukungan lapis pondasi bawah dan tanah dasar.  
2). Kelelahan pelat beton, atau pecahnya pelat beton merupakan kelanjutan dari 
beberapa macam tipe retakan 
3). Pelat beton kurang tebal. 
•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Lebar retak yang dominan 
2). Lebar sel yang dominan. 
3). Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1). Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal. 
2). Jika problemnya melebar, pembangunan kembali perkerasan dengan lapis 
tambahan (overlay) aspal. 

23 

2.9).  Pelat Terbagi (Divided Slab) 
  Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau lebih bagian 
pecahan oleh akibat beban berlebihan, atau oleh buruknya dukungan pelat (Gbr. 
8.14). Jika seluruh pecahan atau retakan berada didalam kerusakan pecah sudut, 
maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah. 











Gbr. 8.15. Pelat Retak, Pecah dan Terbagi – Bagi 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Beban kendaraan berlebihan dan/atau dukungan di bawah pelat buruk 
•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jumlah pecahan dalam pelat yang rusak. Jika tingkat kerusakan sedang (medium) 
atau tinggi (high), kerusakan yang lain tidak dihitung. 
•  Cara perbaikan 
1). Retak ditutup jika lebarnya lebih dari 1/8 inc. 
2). Penggantian pelat. 
24 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.8.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.8. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pelat Terbagi-bagi (Divided Slab) (Shahin, 1994) 

Tingkat Keparahan 
dari Kebanyakan 
Retak 
Jumlah Pecahan Dalam Pelat Yang Retak 
4 - 5  6 - 8  > 8 
L  L  L  M 
M  M  M  H 
H  M  H  H 
L   :  Belum perlu perbaikan; penutupan retakan bila lebar > 1/8 inc (3 mm) 
M :  Pelat diganti. 
H  :  Pelat diganti. 


2.10). Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking) 
  Retak daya tahan atau retak “D” disebabklan oleh ekspansi, yaitu akibat proses beku 
– cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur 
yang memecahkan beton (Gbr. 8.16). Kerusakan ini nampak berupa retakan-retakan 
yang  berada  di  dekat  sambungan  atau  retakan.  Oleh  akibat  beton  retak-retak 
didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar 
retak “D” ini. 











Gbr. 8.17. Retak Daya Tahan 
25 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Ekspansi yang timbul akibat proses beku – cair dari agregat besar yang dengan 
berjalannya waktu secara berangsur – angsur yang memecahkan beton. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Luas daerah yang dipengaruhi. Jika terdapat lebih dari satu tipe kerusakan, maka 
kerusakan  pelat  dihitung  berdasarkan  tipe  kerusakan  yang  lebih  parah. 
Contohnya: Retaj “D” tingkat kerusakan rendah dan sedang berada dalam satu 
pelat yang sama, maka pelat dihitung sebagai mempunyai kerusakan sedang 

•  Cara perbaikan 
1). Penambalan diseluruh kedalaman. 
2). Sambungan direkonstruksi 
3). Penggantian pelat beton. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.9.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.9. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Retak Daya Tahan “D” (Durability, “D” Cracking) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Retak  “D”  kurang  dari  15%  luas  pelat.  Kebanyakan 
retakan  masih  terikat,  tapi  beberapa  pecahan  telah 
menyembul. 
Belum perlu diperbaiki; 
Satu dari kondisi yang terjadi: 
1. Retak “D” menutup < 15% area pelat dan pecahan 
dapat dibongkar dengan mudah. 
2. Retak “D” menutup >15% area pelat. Kebanyakan 
retak  terikat,  tapi  beberapa  pecahan  telah 
menyembul atau dapat dibongkar dengan mudah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalaman:  sambungan 
direkonstruksi. 
Retak “D” menutup >15% area pelat. dan Kebanyakan 
pecahan  telah  keluar  dan  dapat  dibongkar  dengan 
mudah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalaman:  sambungan 
direkonstruksi; pelat diganti 
26 

8.3).  Pinggir Turun (Lane/Shoulder Droup – Out) 
Kerusakan berupa bagian bahu jalan turun relatif terhadap perkerasan (Gbr. 8.17). Hal 
ini adalah akibat penurunan bahu jalan terhadap permukaan perkerasan atau akibat 
erosi bahu. 









Gbr. 8.17. Bahu Jalan Turun Relatif Terhadap Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Akibat beda penurunan antara bahu jalan dan perkerasan. 
2). Erosi bahu jalan 
3). Tebal rencana bahu yang tidak tepat. 
4). Pemadatan bahu jalan atau drainase tidak baik. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Lapisan  perkerasan  kehilangan  dukungan  lateral,  memicu  terjadinya  retak 
pinggir. 
3). Dapat menambah infiltrasi air. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Tinggi penurunan pinggir. 
2). Panjang jalan yang mengalami beda ketinggian. 


27 

•  Cara perbaikan 
1). Jika  beda  tingginya  relatif  kecil  dan  bahu  jalan  berupa  aspal,  maka  aspal 
campuran  aspal  panas  (hot  mix)  dapat  ditempatkan  pada  bagian  yang 
elevasinya berbeda. 
2). Jika beda tingginya besar, bahu jalan harus ditinggikan dengan penambahan 
lapisan (overlay). 
3). Jika bahu jalan tidak diperkerasan, maka dibongkar dan material jelek diganti 
dengan maerial yang bagus dan dipadatkan. 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.10.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.10. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Jalur/Bahu Jalan Turun (Lane/Shoulder Drop - Off) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Beda tinggi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan 1 
– 2 inc (5 – 25 mm) 
Diratakan dan diurug agar bahu 
jalan  sama  dengan  tinggi 
permukaan jalan. M  Beda elevasi 2 – 4 inc (51 – 102 mm) 

8.4).  Disintegrasi (Disintegration) 
  Disintegrasi adalah terurainya pelat beton ke dalam bagian kecil-kecil. Partikel-pertikel 
dari agregat terurai menjadi bagian-bagian. Kerusakan ini bila tidak dicegah secepatnya, 
dapat berlanjut sampai perkerasan membutuhkan perbaikan total. 

4.1).  Scaling/Map Cracking/Crazing 
  Map  cracking  atau  crazing  menunjukkan  suatu  bentuk  jaringan  retak  dangkal, 
halus atau retak rambut yang berkembang hanya dipermukaan perkerasan beton. 
Retakan cenderung bersudut 120
o
 Map cracking atau crazing biasanya disebabkan 
oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan mungkin berakibat 
scaling yang memecahkan permukaan beton pada kedalaman sampai ¼ - ½ inc (6 – 
13 mm) (Shahim, 1994). 
28 

  Scaling  merupakan  pengelupasan  permukaan  beton  semen  portland  secara 
berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat . 
seperti pada Gbr. 8.18 berikut: 










Gbr. 8.18. Scaling Didekat Sambungan Pelat Beton. 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Pencampuran adukan beton buruk. 
2). Agregat kotor yang menyebabkan lumpur/lanau dan lempung mengalir ke 
permukaan saat proses penyelesaian. 
3). Perawatan pengeringan beton kurang baik 
4). Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Kekuatan beton turun 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Kedalaman Scaling. 
2). Luas daerah yang dipengaruhi 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah 

29 

•  Cara perbaikan 
1). Pelat diganti. 
2). Penambalan parsial atau diseluruh kedalaman 
3). Pada area rusak dengan kedalaman sekitar 10 mm atau kurang, perbaikan 
sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penutup larutan emulsi 
aspal. 
4). Jika kerusakan perkerasan dalam, perkerasan harus ditutup dengan beton 
aspal sebagai lapis tambahan (overlay). 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.11.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.11. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Jalur/Bahu Jalan Turun (Lane/Shoulder Drop - Off) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Retak  peta  terjadi  hampir  diseluruh  area  pelat. 
Permukaan  dalam  kondisi  baik,  dengan  hanya 
sedikit Scaling 
Belumperlu diperbaiki 
Pelat mengalami scaling, tapi luasnya < 15% luas 
pelat 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penggantian pelat 
H  Pelat mengalami scaling, luasnya > 15% luas pelat 
Penambalan kedalaman parsial 
atau  seluruhnya;  penggantian 
pelat; lapisan tambahan 


4.2).  Gompal (Spalling) 
  Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecah atau disintegrasi dari beton 
pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang 
atau melintang (Gbr. 8.19). Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya 
memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut. 
  Dalam PCI (Shahim, 1994), gompal dibagi dalam dua jenis yaitu gompal sudut dan 
gompal sambungan. 



30 











Gbr. 8.19. Gompal Pada Sambungan 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Akibat  dari  penutupan  sambungan  atau  retakan  yang  buruk,  sehingga 
memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau 
retakan. 
2). Bebtuk sambungan buruk. Gompal terjadi akibat panas yang menyebabkan 
pelat  memuai. Pemuaian  ini  memecahkan beton  pada  sambungan  atau 
retakan yang terisi oleh material keras, karena pemuaian pelat menjadi 
tertahan. 
3). Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong sambungan 
ekspansi,  tidak  diletakkan  dalam  posisi  sejajar  dengan  sumbu  dan 
permukaan perkerasan. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Kekuatan beton turun 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Kedalaman maksimum gompal. 
2). Panjang sambungan atau tepi yang dipengaruhi. 
31 

•  Cara perbaikan 
1). Penambalan  pada  sebagian  kedalaman,  untuk  kedalaman  gompal  lebih 
besar dari 50 mm. 
2). Lapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.12a dan 
8.12b.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.12a. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Gompal Sudut (Spalling Corner) (Shahin, 1994) 

Kedalaman Gompal 
Dimensi Sisi – Sisi Gompal 
5 x 5 inc – 12 x 12 inc 
(125 x 125 mm – 305 x 305 mm) 
> 12 x 12 inc 
( 305 x 305 mm) 
< 1 inc (25 mm)  L  L 
> 1 – 2 inc 
(> 25 – 51 mm) 
L  M 
> 2 inc 
(51 mm) 
M  H 
L    :   Belum perlu diperbaiki 
M  :   Penambalan di kedalaman parsial 
H   :   Penambalan dikedalaman parsial 

Tabel. 8.12b. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Gompal Sudut (Spalling Corner) (Shahin, 1994) 


Pecahan Gompal  Lebar Gompal 
Panjang Gompal 
< 2 ft (0,6 
mm) 
> 2 ft (0,6 
mm) 
Terikat, tidak dapat dengan mudah 
dibongkar (sedikit pecahan hilang) 
< 4 inc (102 mm) 
> 4 inc 
Longgar,  dapat  dibongkar  dan 
beberapa  pecahan  hilang;  jika 
banyak  pecahan  hilang  gompal 
dangkal, kurang dari 1 inc (25 mm) 
<  4 inc 
> 4 inc 
Hilang banyak 
pecahan terbongkar 
< 4 inc 
> 4 inc 
L   :   Belum perlu diperbaiki 
M :   Penambalan di kedalaman parsial 
H  :   Penambalan di kedalaman parsial; rekonstruksi sambungan.   

4.3).  Agregat Licin ( Polished Agregate) 
Agregat  licin  adalah  tergosoknya  partikel  agregat  di  permukaan  perkerasan, 
sehingga  permukaannya  menjadi  licin  karena  aus  (Gbr.  8.20).  Kadang-kadang 
permukaan perkerasan menjadi licin dan mengkilat. 
32 










Gbr. 8.20. Agregat Licin Akibat Aus 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga oleh beban lalu 
lintas permukaan perkerasan menjadi aus dan licin, terutama saat basah 
atau hujan. Beberapa kerikil secara alami permukaannya halus. Bila agregat 
ini tidak dipecat saat digunakan dalam campuran beton-beton, maka akan 
dapat mengurangi kekesatan permukaan. 
2). Kualitas mortal pada permukaan tidak baik. 
3). Pengecoran beton kurang baik, sehingga mengakibatkan naiknya air semen 
ke permukaan. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Membahayakan pengguna jalan, karena permukaan jalan licin. 
3). Area kerusakan meluas. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Panjang jalan yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1). Permukaan perkerasan ditutup dengan aspal yang tahan aus. 
2). Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan 
33 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.13. 
(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.13. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Agregat Licin (Polished Agregate) (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
  Tidak ada definisi derajat kerusakan, tetapi 
derajat  kelicinan  nampak  signifikan 
sebelum  diperhitungkan  dalam  survey 
kondisi dan dinilai sebagai kerusakan. 
Permukaan  dibuat  alur-alur; 
lapisan tambahan 


4.4).  Popouts 
  Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkerasan oleh aksi kombinasi beku - cair dan 
ekspansi agregat, yang menyebabkan materila perkerasan lepas dan menyebar di 
permukaan  (Gbr.  8.21).  Popouts  biasanya  berdiameter  antara  25  –  100  mm 
dengan kedalaman 13 – 50 mm 








Gbr. 8.21. Popouts 

•    Faktor penyebab kerusakan 
Aksi kombinasi beku - cair dan ekspansi agregat, yang menyebabkan materila 
perkerasan lepas dan menyebar di permukaan  

•   Resiko lanjutan 
Popoust meluas 

34 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Kerapatan kerusakan di ukur, jika ada keraguan bahwa rata-ratanya lebih besar 
dari 3 Popoust per sq.ft, paling tidak tiga area acak setiap 1 sq.tf harus dicek (1 
sq.ft = 0,84 m
2
). Jika rata-ratanya lebih besar dari kerapatan tersebut, maka 
pelat harus dihitung. 

•  Cara perbaikan 
Tidak perlu diperbaiki. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.14. 
(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.14. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Popouts  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
  Tidak ada definisi derajat kerusakan, tetapi 
Popoust  nampak  signifikan  sebelum 
diperhitungkan dalam survey kondisi dan 
dinilai sebagai kerusakan. Kerapatan rata-rata  popoust  harus  melebihi  sekitar  3 
popoust per yard persegi, di seluruh area 
pelat. 
Permukaan  dibuat  alur-alur; 
lapisan tambahan 

8.5).  Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts) 
Tambalan adalah area perkerasan yang telah dibongkar dan diganti dengan material 
pengisi.  Penambalan  sering  dilakukan  dalam  area  perkerasan  guna  perbaikan 
perkerasan, dimana dibawah perkerasan ada parit atau lubang yang harus diperbaiki. 
Oleh  kurangnya  pemadatan,  maka  di  area  tambalan  ini  terjadi  penurunan  yang 
merusakkan tambalan. (Gbr. 8. 22). 






Gbr. 8.22. Kerusakan Tambalan Aspal Pada Perkerasan Beton 
35 

Dalam  metode  PCI  (Shahin,  1994),  kerusakan  tambalan  dan  galian  utilitas  dibagi 
menjadi dua yaitu: 
1. Tambalan besar (Large), luasnya > 5 sq.ft (> 0,45 m
2
). 
2. Tambalan kecil (small), luasnya < 5 sq.ft (< 0,45 m
2

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Pemadatan tambalan kurang 
2). Cara penambalan kurang benar. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Luas tambalan 
2).  Jumlah tambalan 

•  Cara perbaikan 
1).  Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan lagi, lalu ditambal. 
2).  Perbaikan  sementara  dapat  dilakukan  dengan menambal  perkerasan  yang 
rusak dipermukaan. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.15a. dan 8.15b. 
(Shahin, 1994). 
Tabel. 8.15a. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Tambalan Besar > 5 sq.ft (> 0,45 m
2
) (Patching Large)  (Shahin, 1994) 

Tambalan Besar 
Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Tambalan berfungsi dengan baik dengan tanpa atau 
sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Tambalan agak rusak dan/atau diikuti gompal ukuran 
sedang yang dapat dilihat disekitar pinggir. Material 
tambalan dapat dicabut dengan cukup usaha. 
Belum  perlu  diperbaiki, 
tambalan di ganti. 
Tambalan  rusak  besar.  Kerusakan  selanjutnya 
menuntut penggantian tambalan. 
Tambalan diganti. 

36 

Tabel. 8.15b. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Tambalan Besar < 5 sq.ft (< 0,45 m
2
) (Patching Large)  (Shahin, 1994) 

Tambalan Besar 
Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Tambalan berfungsi dengan baik dengan tanpa atau 
sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Tambalan agak rusak dan/atau diikuti gompal ukuran 
sedang yang dapat dilihat disekitar pinggir. Material 
tambalan dapat dicabut dengan cukup usaha. 
Belum  perlu  diperbaiki, 
tambalan di ganti. 
Tambalan  rusak  besar.  Kerusakan  selanjutnya 
menuntut penggantian tambalan. 
Tambalan diganti. 

8.6).  Lubang (Pothole) 
Lubang  adalah  kerusakan  berbentuk  cekungan  akibat  penurunan  permukaan 
perkerasan beton dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan bersudut seperti 
Gompal (Gbr. 8.23). Pada kerusakan lubang, perkerasan beton pecah dan ambles. 
Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak 
dan disintegrasi dari pelat beton. 








Gbr. 8.23. Kerusakan Lubang di Pojok Pelat Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Retak lokal di dalam tulangan yang terbuka. 
2). Aksi pembekuan. 
3). Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan 
4). Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Ukuran lubang bertambah. 
37 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman lubang 
2).  Luas lubang 
3).  Jumlah lubang 
•  Cara perbaikan 
1).  Penambalan beton yang rusak di permukaan untuk perbaikan sementara. 
2).  Penambalan diseluruh kedalaman untuk perbaikan permanen. 

8.7).  Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage) 
  Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah 
atau  batuan  berkumpul  pada  sambungan  atau  sembarang  kondisi  yang 
memungkinkan infiltrasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya 
penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan (Gbr. 8.24). 
Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material 
keras  kedalamnya  sehingga  dapat  menghalangi  pemuaian  arah  horisontal  yang 
mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan dan terjadi gompal. 








Gbr. 8.24. Kerusakan Penutup Sambungan 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Aus dan lapuknya bahan penutup sambunga.. 
2).  Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk. 
3). Kualitas bahan penutup sambungan rendah 
4). Bahan penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di dalam sambungan. 
5). Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding sambungan. 
6). Bentuk penutup sambungan tidak bagus, Pemompaan dan rocking pada pelat. 
38 

•  Resiko lanjutan 
1).  Dapat menyebabkan pemompaan atau rocking. 
2).  Kenyamanan kendaraan berkurang. 
3).  Menambah kebisingan. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Persen  panjang  dari  sambungan  yang  mengalami  kerusakan  pada  penutupnya 
terhadap panjang sambungan secara keseluruhan. 
•  Cara perbaikan 
Penggantian bahan penutup sambungan. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.8.16.  (Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.16. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Penutup  sambungan  umumnya  masih  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Penutup  sambungan  umumnya  agak  kurang  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada satu atau lebih kerusakan 
ukuran sedang. Penutup perlu diganti dalam kurun 
waktu 2 tahun.  
Sambungan  ditutup 
kembali 
Penutup  sambungan  umumnya  kurang  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada satu atau lebih kerusakan 
parah. Penutup perlu segera diganti  
Sambungan  ditutup 
kembali 

8.8).  Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars) 
  Tegangan kekang dapat timbul ketika Dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat 
beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut. Kerusakan, biasanya terjadi pada 
satu sisi dari pelat beton. Batang dowel yang macet dapat mengakibatkan gompal 
(spalling) pada sambungan beton. 
•  Faktor penyebab kerusakan 
Dowel  tidak  lurus  atau  tidak  licin,  sehingga  pelat  beton  menjadi  tidak  bebas 
mengembang  dan  menyusut.  Tegangan  geser  yang  tinggi  terjadi  saat  beton 
mengalami  siklus  kembang  susut.  Karena  batang  dowel  tidak  bebas bergerak, 
maka retak akan terjadi. 

39 

•  Resiko lanjutan 
1).  Dapat memicu terjadinya gompal dan retak – retak pada pelat. 
2).  Bila kerusakan telah parah, menganggu kenyamanan dan keselamatan lalu 
lintas. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman maksimum gompal. 
2).  Panjang sambungan atau tepi yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Dowel diberi pelicin/diminyaki. 
2).  Bila  pelat  telah  mengalami  gompal  maka  dilakukan  penambalan  dengan 
memperbaiki dowel yang macet. 

8.9).  Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) 
  Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar 
dan/atau antara lintasan rel. (Gbr. 8.25).  








Gbr. 8.25. Kerusakan Pada Persilangan Jalan Rel 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Amblesnya  perkerasan,  sehingga  timbul  beda  elevasi  antara  permukaan 
perkerasan dengan permukaan rel. 
2). Pelaksanaan pekerjaan perkerasan atau pemasangan rel yang buruk. 

•  Resiko lanjutan 
Mengganggu kenyamanan kendaraan 
40 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jumlah pelat beton dalam persilangan dengan rel dihitung. Sembarang tonjolan 
besar  yang  diakibatkan  oleh  lintasan  rel  harus  dianggap  sebagai  bagian  dari 
persilangan. 
•  Cara perbaikan 
1.  Penambalan parsial. 
2).  Rekonstruksi persilangan jalan rel. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.8.17.  (Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.17. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing)  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Persilangan jalan rel menyebabkan sedikit gangguan 
kenyamanan kendaraan. 
Belum perlu diperbaiki 
Persilangan jalan rel menyebabkan cukup gangguan 
kenyamanan kendaraan.  
Penambalan  kedalaman 
parsial,  persilangan 
direkonstruksi. 
Persilangan  jalan  rel  menyebabkan  gangguan  besar 
pada kenyamanan kendaraan.  
Penambalan  kedalaman 
parsial  ;  persilangan 
direkonstruksi. 


8.10).  Retak Pada Perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan 
Gambar 8.26. berikut menunjukkan retak dalam perkerasan beton bertulang tanpa 
sambungan. Retak umumnya berjarak dekat (1,2 – 2,4 m) dan sering polanya acak 
(Yoder dan Witczak, 1975). 








Gbr. 8.26. Retak Dalam Kerusakan perkerasan Kaku/Beton sering terjadi oleh akibat turunnya kualitas bahan. 
Kerusakan  ini  adalah  akibat  dari  hancurnya  beton,  karena  menggunakan  campuran  dari 
material yang daya tahan terhadap perubahan iklim kurang baik. Perkembangan retak sering 
terjadi berangsur-angsur yang pada akhirnya akan merusakkan seluruh area perkerasan. 
Kerusakan pada perkerasan kaku dapat di akibatkan oleh dua hal:



1.  Kondisi perkerasan yang memburuk atau kurangnya mutu kekuatan perkerasan beton 
yang disebabkan oleh: 
a.  Material pembentuk yang tidak awet 
b.  Proses beku – cair es 
c.  Reaksi agregat alkali. 
d.  Melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel) 
e.  Tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan. 
2.  Kerusakan  yang  diakibatkan  oleh  lemahnya  struktur  perkerasan  beton,  lapis  pondasi 
bawah dan tanah dasar yang disebabkan oleh: 
a.  Akibat beban yang berlebihan 
b.  Pemompaan 
c.  Pecahnya bagian pojok pelat 
d.  Rusaknya sambungan dan lain-lain. 

Kerusakan perkerasan kaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 
8.1).  Deformasi (Deformation). 
Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan perkerasan dari bentuk aslinya.  
•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Beban lalu lintas 
2). Pengaruh  lingkungan  atau  pengaruh  lain  misalnya  tanah  pondasi  mudah 
mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan. 
3). Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat. 


•  Resiko lanjutan 
1). Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan. 
2). Dapat  menimbulkan  genangan  air  yang  memungkinkan  air  masuk  ke  dalam 
perkerasan. 
1.1).  Pemompaan (Pumping) 
  Pemompaan  adalah  peristiwa  terpompanya/terangkatnya  campuran  air,  pasir, 
lempung dan atau lanau di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal, dan 
pinggir perkerasan oleh gerakan berulang-ulang pelat beton akibat beban lalu lintas 
(Gbr.  8.1).  Tipe  kerusakan  semacam  ini  tidak  mudah  untuk  diidentifikasi. 
Kemungkinan  kerusakan  dapat  dikenali  dengan  sambungan  atau  retakan  yang 
sampingnya terdapat endapan material berbutir halus yang terpompa. 









Gbr. 8.1. Butiran Halus Keluar Akibat Pemompaan Saat Hujan 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah dasar dan/atau lapis 
pondasi 
2). Ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara 
berulang-ulang,  sehingga  mengurangi  dukungan  tanah  dasar  pada  pelat 
beton. 
•  Resiko lanjutan 
1). Area yang mengalami pemompaan meluas. 
2). Memicuh terjadinya retakan dan rocking 
3). Kehilangan kenyamanan dan keselamatan kendaraan. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Persen panjang sambungan yang dipengaruhi pemompaan 
•  Cara perbaikan 
1). Menutup  retakan  atau  celah  sambungan  dengan  material  pengisi  (Joint 
sealing).  
2). Menyutikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat 
yang retak (under seal). 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI, identifikasi dan pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.1.(Shahin, 1994). 
Tabel. 8.1. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan 
Pemompaan (Pumping) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 

Tidak  ada  definisi  derajat  kerusakan.  Cukup  di 
identifikasi bahwa telah terjadi pemompaan. 
Bagian bawah diisi (underseal), 
penutupan  sambungan  atau 
retak, pulihkan transfer beban 

1.2).  Blow – Up / Buckling   
Blow – Up / Buckling adalah rusaknya perkerasan beton akibat tekuk (buckling) lokal 
dari perkerasan beton (Gbr. 8.2). Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan 
melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras 
mengisi sambungan sehingga menghambat pemuaian pelat beton, akibatnya ujung 
pelat beton terangkat secara lokal dan tekuk terjadi di dekat sambungannya. Blow – 
Up sering terjadi selama musim panas, dimana pelat memuai secara berlebihan. 
Menghindari Blow – Ups adalah dengan merawat sambungan secara regular, agar 
ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu 
dibersihkan. 






Gbr. 8.2a. Skema Blow – Ups Pada Perkerasan Beton (FHWA 2003) 


   






Gbr. 8.2b. Rusaknya Perkerasan Beton Pada Sambungan Akibat Blow-Ups 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Sambungan pelat terisi dengan material keras (material tidak mudah mampat: 
pasir, kerikil, sehingga menghambat pemuaian pelat beton. 

•  Resiko lanjutan 
1). Menyebabkan terjadinya retakan dan gompal. 
2). Jika Blow-up berjarak dekat, maka akan merusakkan fungsi jalan raya. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Beda elevasi beton yang mengalami tekuk. 
2). Jumlah dan kondisi sambungan yang mengalami kerusakan yang sama. 
3). Pada satu retakan, blow-ups terjadi pada sambungan dan mempengaruhi 
dua pelat beton, maka kerusakan harus dianggap terjadi pada dua pelat 
beton. 

•  Cara perbaikan 
1). Menambal kedalaman parsial atau diseluruh kedalaman pelat. 
2). Penggantian pelat. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI,  identifikasi  dan  pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.2.(Shahin, 1994). 


Tabel. 8.2. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan Tekuk 
(Blow-Ups/Buckling) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
L* 
Tekuk  menyebabkan  sedikit  gangguan  kenyamanan 
kendaraan 
Belum  perlu  diperbaiki. 
penambalan  parsial  atau  di 
seluruh kedalaman. 
M* 
Tekuk  menyebabkan  gangguan  kenyamanan 
kendaraan  
Penambalan  diseluruh 
kedalaman, penggantian pelat.  
H* 
Tekuk  menyebabkan  besar  pada  kenyamanan 
kendaraan  
Penambalan  diseluruh 
kedalaman, penggantian pelat. 

1.3).  Penurunan atau Patahan (Settlement or Faulting). 
Penurunan atau patahan adalah beda elevasi dua pelat beton pada sambungan 
(Gbr.  8.3.)  atau  retakan.  Patahan  biasanya  terjadi  akibat  tidak  adanya  transfer 
beban di antara dua pelat yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume 
lapisan tanah di bawah pelat tersebut. Gbr. 8.3. menunjukkan perkerasan beton 
dengan tampa alat transfer beban yang diberikan pada sambungan. Patahan di 
sambungan  mengakibatkan  kurang  nyamannya  pengendara  dan  termasuk 
kerusakan fungsional. 








Gbr. 8.3. Patahan Yang Mengakibatkan Beban Elevasi Antara Dua Pelat Beton 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Beban kejut lalu lintas yang bergerak di atas sambungan. 
2).  Dukungan tanah dasar dan lapis pondasi buruk. 
3).  Pelat tertekuk atau bergelombang akibat perubahan temperatur atau beda 
kelembaban. 
4).  Hilangnya butiran halus material lapis pondasi akibat pemompaan. 
5).  Perubahan volume tanah dasar. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Menimbulkan suara yang mengganggu ketika kendaraan lewat. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Beda elevasi melintang sambungan atau retakan. 
2).  Jumlah pelat yang dipengaruhinya. 
•  Cara perbaikan 
1).  Mengembalikan pelat ke posisinya semula dengan cara pengisian bagian 
dasar pelat beton (pengisian rongga di bawah pelat). 
2).  Untuk beda elevasi kurang dari 25 mm, diberikan lapis perata dan pengisi 
retakan. 
3).  Bila beda elevasi lebih dari 25 mm, perbaikan dilakukan dengan menambal 
atau  dengan  mengganjal  pelat  dengan  pasak  yang  diikuti  dengan  lapis 
tambahan aspal (overlay) 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI,  identifikasi  dan  pemilihan 
perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.3.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.3. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan 
Penurunan (Settlement) atau Patahan (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
L  Beda elevasi 1/8 – 3/8 inc (3 – 10 mm)  Belum perlu diperbaiki. 
M  Beda elevasi > 1/8 – 3/8 inc (3 – 10 mm)  Patahan di asah ( grind)*  
Tambalan  sangat  rusak  dan/atau  kenyamanan 
kendaraan sangat terganggu 
Diasah * 
* Jika patahan disebabkan oleh penurunan atau hilangnya dukungan, maka dapat di pertimbangkan 
bagian bawahnya diisi dan dipasang alat transfer beban. 

1.4).  Punch – Out 
  Punch  –  Out  adalah kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah menjadi 
beberapa bagian yang relatif kecil, sering diikuti dengan tenggelamnya pecahan 
pelat (Gbr. 8.4.). Punch  –  Out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya 
didefinisikan dari retakan dan sambungan, atau retak yang berjarak dekat berkisar 
1,5 meter. 










Gbr. 8.4. Perkerasan Beton Yang Pecah Menjadi Beberapa Bagian Yang Lebih Kecil Dan 
Diikuti dengan Tenggelamnya Pecahan Pelat (Punch – Out) 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Pelat perkerasan beton yang terlalu tipis. 
2).  Pengecoran beton buruk (tidak sesuai spesifikasi yang sudah ditetapkan). 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Retak meluas yang diikuti dengan amblesan. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman amblesannya pecahan. 
2).  Luas daerah yang mengalami kerusakan. 
  Dalam metode Indeks Kondisi Perkerasan / Pavement Condition Index (PCI), 
jika pelat mengalami satu atau lebih punch – out maka tingkat kerusakan di 
hitung berdasarkan pelat yang mempunyai kerusakan terparah. 

•  Cara perbaikan 
1).  Retakan diisi. 
2).  Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah. 

Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.4.(Shahin, 1994). 



Tabel. 8.4. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecahan Pelat (Punch - out) (Shahin, 1994) 

Tingkat Keparahan dari 
Kebanyakan / 
Beberapa Retak 
Jumlah Pecahan Dalam Pelat 
2 - 3  4 - 5  > 5 
L  L  L  M 
M  L  M  H 
H  M  H  H 
L       : Belum perlu perbaikan : penutupan retakan 
M     : Penambalan di seluruh kedalaman 
H      : Penambalan di seluruh kedalaman 

1.5).  Rocking 
  Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan 
atau  retakan  akibat beban lalu  lintas  (Gbr. 8.5.).  Biasanya  Rocking  terjadi oleh 
akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan lapisan pendukung dibawah pelat 
sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen. 







Gbr. 8.5. Rocking Pada Sambungan 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah. 
2).  Tanah dasar yang buruk 
3).  Terjadi beda penurunan pada tanah dasar. 
4).  Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar akibat 
pemompaan. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Retak yang diikuti dengan patahan. 
3).  Rocking meluas yang diikuti dengan pecahan beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Besarnya gerakan pelat yang diakibatkan oleh lewatnya kendaraan tidak dapat 
selalu diidentifikasi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Dilakukan penutupan retak dengan bahan pengisi retakan (Crack Filling). 
2).  Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi sambungan (Joint Sealing) 
3).  Jika mungkin pelat yang patah diangkat ke posisi semula dan diikuti dengan 
pengisian dengan bahan pengisi misalnya dengan semen. 

8.2).  Retak (Cracks) 
           Retak yang terjadi pada perkerasan beton disebabkan oleh beberapa faktor 
dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam. 
           Retak susun terjadi akibat dari penyusutan beton sendiri. retak ini sering terjadi 
selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak 
yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang.  
          Semua Perkerasan dari beton semen portland akan mengalami retak susut, tapi 
bila perancangan baik, maka retak ini bisa dikendalikan sehingga tidak merusakkan 
perkerasan. 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Kekuatan (mutu bahan dan tebal beton berkurang. 
2). Beban kendaraan berlebihan (overload) 
3). Kehilangan  dukungan  tanah  dasar  yang  diakibatkan  oleh  pemompaan 
(Pumping). 
4). Rasio  lebar  pelat  beton  terhadap  panjang  tidak  benar  (sambungan  terlalu 
jauh). 
5). Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur. 
6). Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambungan dowel macet 
atau melengkung, atau sambungan terlalu melebar. 
7). Sambungan tidak cukup dalam, atau buruknya sambungan.  
10 

Problem  terbesar  adalah  infiltrasi  air  dan  bahan  keras  yang  masuk  ke  dalam 
sambungan,  sehingga  menghambat  pemuaian.  Hal  ini  terakhir  ini  dapat 
menimbulkan tegangan tekan yang tinggi pada sambungan. 
•  Resiko lanjutan 
1). Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional) 
2). Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan beban kelapisan di 
bawahnya. 
3). Hilangnya keindahan permukaan jalan. 
4). Korosi pada tulangan beton 
5). Masuknya air ke lapisan lebih dibawah, sehingga dukungan terhadap pelat 
melemah. 
•  Cara perbaikan 
1). Jika perkerasan beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan di tutup. 
2). Jika terdapat problem struktural, maka harus di tambal pada seluruh 
kedalaman. 
3). Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan aspal 
atau bahan semen. 
4). Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan perekat agar 
supaya masukknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah. 
5). Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan 
terjadi kerusakan perkerasan secara menyeluruh.  










Gbr. 8.6. Tipe-Tipe Retak Pada Perkerasan Kaku (AUSTROADS, 1987) 
11 

Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987) adalah seperti 
pada Gbr. 8.6. berikut: 
1.  Retak memanjang (Longitudinal Cracks) 
2.  Retak melintang (Transversal Cracks) 
3.  Retak diagonal (Diagonal Cracks) 
4.  Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks) 
5.  Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)  
6.  Retak Teluk (Warping Cracks) 
7.  Retak Susut (Strinkage Cracks) 
8.  Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks) 
9.  Retak Pelat Terbagi (Devided Slab) 
10. Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking)  

2.1).  Retak memanjang (Longitudinal Cracks) 
Retak  memanjang  atau  Longitudinal  adalah  retak  individual  atau  tidak  saling 
berhubungan satu sama lain yang memanjang disepanjang perkerasan (Gbr. 8.7) . 
Retak ini bila nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar. 









Gbr. 8.7. Retak Memanjang Diikuti Gompal 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Beda penurunan tanah dasar. 
2).  Sudut lateral, karena pelat terlalu lebar. 
3).  Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur lintasan lalu lintas. 
12 

4).  Sambungan memanjang terlalu dangkal. 
5).  Pelat kurang tebal. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Jarak retakan. 
3).  Panjang retakan. 
4).  Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 

Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.5. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecahan Pelat (Punch - out) (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Perkerasan Beton 
Tanpa Tulangan 
Retak tidak terisi <  ½ inc (12 mm) 
atau retak terisi sembarang pengisi, 
dengan  pengisi  dalam  kondisi  baik. 
Tidak ada patahan. 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penutup retak (seal  Cracks) 
> 1/8 inc (3 mm) 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
1. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai 2 inc, lebar ½ - 2 inc (12 – 
51 mm) 
2. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai  2  inc  (51  mm),  dengan 
patahan < 3/8 inc (10mm) 
3. Retak tak terisi atau terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retakan 
13 

Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
1. Retak tak terisi dengan lebar > 2 
inc (51 mm) 
2. Retak tak terisi atau terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retak, penambalan 
di seluruh kedalaman, pelat 
diganti 
Perkerasan Beton 
Bertulang 
Retak tidak terisi 1/8 – 1 inc (3 – 25  
mm)  atau  retak  terisi  sembarang 
lebar, dengan pengisi dalam kondisi 
baik. Tidak ada patahan. 
Belum perlu diperbaiki; 
penutup retak (seal Cracks) 
> 1/8 inc (3 mm) 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
4. Retak tak terisi, sembarang lebar 1  
- 3 inc (25 –  76 mm) dan tak ada 
patahan 
5. Retak tak terisi, sembarang  lebar 
sampai  3  inc  (76  mm),  dengan 
patahan < 3/8 inc (10mm) 
3.  Retak  terisi,  sembarang  lebar 
diikuti patahan 3/8 inc (10 mm). 
Penutup retakan 
Satu dari kondisi berikut yang terjadi: 
2. Retak tak terisi dengan lebar > 3 
inc (76 mm) 
2. Retak terisi atau tak terisi, dengan 
sembarang lebar diikuti patahan > 
3/8 inc (10 mm). 
Penutup retak, penambalan 
di seluruh kedalaman, pelat 
diganti 


2.2).  Retak melintang (Transversal Cracks) 
             Retak  melintang  atau  transversal  adalah  retak  individual  atau  tidak  saling 
berhubungan  satu  sama  lain,  yang  melintang  perkerasan  beton.  Jika  pelat  yang 
panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi 
yang  berlebihan  dari  pelat.  Contoh  retak  melintang  pada  perkerasan  beton 
diperlihatkan dalam Gbr. 8.8 berikut: 
   








Gbr. 8.8. Retak Melintang 
14 

       Perkerasan beton semen portland yang tidak dilengkapi dengan tulangan baja 
untuk perubahan temperatur, akan lebih beresiko mempunyai retak melintang yang 
besar.  
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).    Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton terlalu panjang. 
2).  Adanya rocking (gerakan vertikal pada sambungan atau retakan, oleh beban 
dinamis lalu lintas) 
3).  Pelat beton kurang tebal 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Jarak retakan. 
3).  Panjang retakan. 
4).  Luas daerah yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994)
    


15 

2.3).  Retak diagonal (Diagonal Cracks) 
              Retak diagonal adalah retak induvidual atau tidak saling berhubungan satu 
sama  lain  yang  menyilang  secara  diagonal  pada  perkerasan  beton,  Gbr.  8.9. 
menunjukkan retak diagonal pada perkerasan kaku akibat pecahnya struktur pada 
perkerasan beton yang dibangun pada tanah dasar dari pasir halus. 
  Kerusakan yang berupa pecahannya pelat beton terjadi pada bagian sudut pelat. 
Penyebab  kegagalan  struktur  semacam  ini  adalah  akibat  dari  memadatnya  tanah 
dasar pasir halus, segingga mengurangi kekuatannya dalam mendukung pelat. Kondisi 
ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang berlebihan dalam 
pelat. 










Gbr. 8.9. Retak Diagonal Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).    Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton yang berlebihan. 
2).  Penurunan tanah dasar dan perkerasan. 
3).  Pelat beton kurang tebal. 
4).  Pelat mengalami rocking 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
16 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.5.(Shahin, 1994) 

2.4).  Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks) 
  Retak  berkelok-kelok  adalah  retak  berkelok-kelok  tidak  beraturan  individual  atau 
tidak saling berhubungan satu sama lain seperti pada Gbr. 8.10. berikut. 







Gbr. 8.10. Retak Berkelok-Kelok Pada Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Penyusutan pelat beton selama masa pengeringan beton dengan panjang 
pelat beton yang berlebihan. 
2).  Penurunan tanah dasar dan perkerasan. 
3).  Pelat beton kurang tebal. 
4).  Pelat mengalami rocking 
17 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan yang dominan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Jumlah pelat beton yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan pengisian 
celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk  mencegah 
infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.5.(Shahin, 
1994). 

2.5).  Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)  
Pecah sudut/Retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat 
beton dengan bentuk pecahan berupa segitiga seperti pada Gbr. 4.11. berikut. 
Pecahan beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah 
dari panjang pelat di ke dua sisi panjang dan lebarnya diukur dari sudut pelat. 
Pecah  sudut  berbeda  dengan  gompal  sudut,  dimana  pecah  sudut  berkembang 
memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedangkan gompal sudut adalah gompal 
yang memotong sambungan dengan sudut tertentu (Shahim 1994). 



18 










Gbr.8.11. Pecah / Retak Sudut 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Beban lalu lintas berulang yang berlebihan dan kurangnya dukungan tanah 
dasar. Kurangnya dukungan tanah dasar diakibatkan oleh pemompaan atau 
hilangnya transfer beban pada sambungan memanjang dan melintang. 
2).  Pelat beton kurang tebal. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Jumlah pelat beton yang dipengaruhi. 
Kerusakan dicatat sebagai kerusakan satu pelat, bila: 
a.  Berisi satu pecah sudut. 
b.  Berisi lebih dari satu pecahan dari satu tingkat kerusakan tertentu. 
c.  Berisi satu atau lebih pecahan dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. 
Untuk dua atau lebih pecahan, tingkat kerusakan tertinggi yang dicatat. 

19 

•  Cara perbaikan 
1).  Pengisian  retak  dengan  aspal  untuk  retakan  melebihi  3  mm.  Retakan 
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 
3).  Penambahan di seluruh kedalaman. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.6.(Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.6. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pecah/Retak sudut (Cornet Break) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Pecah didefinisikan oleh retak kecil* dan area antara 
pecahan  dan  sambungan  tidak  retak  atau  mungkin 
sedikit retak. 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penurunan  retak  >  1/8  inc  (3 
mm) ** 
Pecah didefinisikan oleh retak sedang* dan/atau area 
antara  pecahan  dan  sambungan  mengalami  retak 
ukuran sedang. 
Penutupan  retak,  penambalan 
di seluruh kedalam ** 
Pecah  didefinisikan  oleh  retak  besar  sangat  parah* 
dan/atau  area  antara  pecahan  dan  sambungan 
mengalami retak sangat parah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalam** 
*     Lihat retal linier untuk definisi retak kecil, sedang, dan besar. 
**  Harus dicek terhadap hilangnya dukungan pondasi atau rongga di bawah sudut pelat. Jika kondisi 
tersebut terjadi, dilakukan pengisian dan pemasangan alat transfer beban. 

2.6).  Retak Tekuk (Warping Cracks) 
  Jika perkerasan beton dibangun tanpa sambungan, retak tekuk dapat terjadi dengan 
acak. Tekukan yang nampak sebagai retak memanjang yang diperlihatkan dalam Gbr. 
8.12.  menunjukkan bahwa  beda  gerakan  telah  terjadi pada  retakan  yang  diikuti 
rusaknya beton. 






Gbr. 8.12. Retak Akibat Tekuk Yang Membentuk Retakan Memanjang 
20 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1).   Perubahan  temperatur.  Perubahan  panjang  oleh  kenaikan  suhu, 
menghasilkan  tegangan  tinggi  pada  sumbu  permukaan  perkerasan  beton, 
sehingga pelat retak, karena tertekuk.  
2).  Beban  lalu  lintas  cenderung  memperparah  atau  menambah  munculnya 
retakan. 
2).  Pelat beton kurang tebal. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. Dapat mengakibatkan 
bingungnya pengendara pada letak garis sumbu jalan. 
2).  Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3).  Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Lebar retakan. 
2).  Panjang retakan. 
3).  Luas daerah yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1).  Untuk  celah  yang  kecil  (misalnya  kurang  dari  5  mm),  maka  dilakukan 
pengisian  celah  dengan  aspal.  Retakan  dibersihkan  dan  ditutup  untuk 
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan. 
2).  Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan 
pembangunan kembali pelat secara lokal. 

2.7).  Retak Susut (Shrinkage Cracks) 
  Retak  susut  adalah  retak  rambut  yang  biasanya  hanya  beberapa  feet  dan  tidak 
berkembang  memotong  seluruh  pelat  (Gbr.  8.13).  Retak  ini  terjadi  saat  waktu 
penawaran beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal 
pelat. 

21 











Gbr. 8.13. Retak Susut Pada Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Penyusutan beton pada waktu masa perawatan 

•  Resiko lanjutan 
Retak menyebar keseluruh kedalaman 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jika satu atau lebih retak susut nampak di suatu pelat beton, pelat dihitung 
sebagai satu pelat yang mengalami retak susut. 

•  Cara perbaikan 
Tidak perlu diperbaiki. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.7.(Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.7. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Retak susut (Shrinkage Cracks) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 

Tidak  ada  definisi  derajat  kerusakan.  Cukup 
diindikasikan bahwa telah terjadi retak akibat susut. 
Belum perlu diperbaiki 

22 

2.8).  Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks) 
  Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih 
kepingan, oleh akibat beban lalu lintas berlebihan dan/atau dukungan yang buruk 
(Gbr. 8.14). berikut: 









Gbr. 8.14. Retak Bersilangan dan Pelat Beton Pecah 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Beban berlebihan dan kurang dukungan lapis pondasi bawah dan tanah dasar.  
2). Kelelahan pelat beton, atau pecahnya pelat beton merupakan kelanjutan dari 
beberapa macam tipe retakan 
3). Pelat beton kurang tebal. 
•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Lebar retak yang dominan 
2). Lebar sel yang dominan. 
3). Luas daerah yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1). Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal. 
2). Jika problemnya melebar, pembangunan kembali perkerasan dengan lapis 
tambahan (overlay) aspal. 

23 

2.9).  Pelat Terbagi (Divided Slab) 
  Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau lebih bagian 
pecahan oleh akibat beban berlebihan, atau oleh buruknya dukungan pelat (Gbr. 
8.14). Jika seluruh pecahan atau retakan berada didalam kerusakan pecah sudut, 
maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah. 











Gbr. 8.15. Pelat Retak, Pecah dan Terbagi – Bagi 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Beban kendaraan berlebihan dan/atau dukungan di bawah pelat buruk 
•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal. 
3). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jumlah pecahan dalam pelat yang rusak. Jika tingkat kerusakan sedang (medium) 
atau tinggi (high), kerusakan yang lain tidak dihitung. 
•  Cara perbaikan 
1). Retak ditutup jika lebarnya lebih dari 1/8 inc. 
2). Penggantian pelat. 
24 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.8.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.8. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Pelat Terbagi-bagi (Divided Slab) (Shahin, 1994) 

Tingkat Keparahan 
dari Kebanyakan 
Retak 
Jumlah Pecahan Dalam Pelat Yang Retak 
4 - 5  6 - 8  > 8 
L  L  L  M 
M  M  M  H 
H  M  H  H 
L   :  Belum perlu perbaikan; penutupan retakan bila lebar > 1/8 inc (3 mm) 
M :  Pelat diganti. 
H  :  Pelat diganti. 


2.10). Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking) 
  Retak daya tahan atau retak “D” disebabklan oleh ekspansi, yaitu akibat proses beku 
– cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur 
yang memecahkan beton (Gbr. 8.16). Kerusakan ini nampak berupa retakan-retakan 
yang  berada  di  dekat  sambungan  atau  retakan.  Oleh  akibat  beton  retak-retak 
didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar 
retak “D” ini. 











Gbr. 8.17. Retak Daya Tahan 
25 

•  Faktor penyebab kerusakan 
Ekspansi yang timbul akibat proses beku – cair dari agregat besar yang dengan 
berjalannya waktu secara berangsur – angsur yang memecahkan beton. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Retak meluas ke seluruh area pelat beton. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Luas daerah yang dipengaruhi. Jika terdapat lebih dari satu tipe kerusakan, maka 
kerusakan  pelat  dihitung  berdasarkan  tipe  kerusakan  yang  lebih  parah. 
Contohnya: Retaj “D” tingkat kerusakan rendah dan sedang berada dalam satu 
pelat yang sama, maka pelat dihitung sebagai mempunyai kerusakan sedang 

•  Cara perbaikan 
1). Penambalan diseluruh kedalaman. 
2). Sambungan direkonstruksi 
3). Penggantian pelat beton. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.9.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.9. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Retak Daya Tahan “D” (Durability, “D” Cracking) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Retak  “D”  kurang  dari  15%  luas  pelat.  Kebanyakan 
retakan  masih  terikat,  tapi  beberapa  pecahan  telah 
menyembul. 
Belum perlu diperbaiki; 
Satu dari kondisi yang terjadi: 
1. Retak “D” menutup < 15% area pelat dan pecahan 
dapat dibongkar dengan mudah. 
2. Retak “D” menutup >15% area pelat. Kebanyakan 
retak  terikat,  tapi  beberapa  pecahan  telah 
menyembul atau dapat dibongkar dengan mudah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalaman:  sambungan 
direkonstruksi. 
Retak “D” menutup >15% area pelat. dan Kebanyakan 
pecahan  telah  keluar  dan  dapat  dibongkar  dengan 
mudah. 
Penambalan  di  seluruh 
kedalaman:  sambungan 
direkonstruksi; pelat diganti 
26 

8.3).  Pinggir Turun (Lane/Shoulder Droup – Out) 
Kerusakan berupa bagian bahu jalan turun relatif terhadap perkerasan (Gbr. 8.17). Hal 
ini adalah akibat penurunan bahu jalan terhadap permukaan perkerasan atau akibat 
erosi bahu. 









Gbr. 8.17. Bahu Jalan Turun Relatif Terhadap Perkerasan Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Akibat beda penurunan antara bahu jalan dan perkerasan. 
2). Erosi bahu jalan 
3). Tebal rencana bahu yang tidak tepat. 
4). Pemadatan bahu jalan atau drainase tidak baik. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Lapisan  perkerasan  kehilangan  dukungan  lateral,  memicu  terjadinya  retak 
pinggir. 
3). Dapat menambah infiltrasi air. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Tinggi penurunan pinggir. 
2). Panjang jalan yang mengalami beda ketinggian. 


27 

•  Cara perbaikan 
1). Jika  beda  tingginya  relatif  kecil  dan  bahu  jalan  berupa  aspal,  maka  aspal 
campuran  aspal  panas  (hot  mix)  dapat  ditempatkan  pada  bagian  yang 
elevasinya berbeda. 
2). Jika beda tingginya besar, bahu jalan harus ditinggikan dengan penambahan 
lapisan (overlay). 
3). Jika bahu jalan tidak diperkerasan, maka dibongkar dan material jelek diganti 
dengan maerial yang bagus dan dipadatkan. 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.10.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.10. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Jalur/Bahu Jalan Turun (Lane/Shoulder Drop - Off) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Beda tinggi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan 1 
– 2 inc (5 – 25 mm) 
Diratakan dan diurug agar bahu 
jalan  sama  dengan  tinggi 
permukaan jalan. M  Beda elevasi 2 – 4 inc (51 – 102 mm) 

8.4).  Disintegrasi (Disintegration) 
  Disintegrasi adalah terurainya pelat beton ke dalam bagian kecil-kecil. Partikel-pertikel 
dari agregat terurai menjadi bagian-bagian. Kerusakan ini bila tidak dicegah secepatnya, 
dapat berlanjut sampai perkerasan membutuhkan perbaikan total. 

4.1).  Scaling/Map Cracking/Crazing 
  Map  cracking  atau  crazing  menunjukkan  suatu  bentuk  jaringan  retak  dangkal, 
halus atau retak rambut yang berkembang hanya dipermukaan perkerasan beton. 
Retakan cenderung bersudut 120
o
 Map cracking atau crazing biasanya disebabkan 
oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan mungkin berakibat 
scaling yang memecahkan permukaan beton pada kedalaman sampai ¼ - ½ inc (6 – 
13 mm) (Shahim, 1994). 
28 

  Scaling  merupakan  pengelupasan  permukaan  beton  semen  portland  secara 
berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat . 
seperti pada Gbr. 8.18 berikut: 










Gbr. 8.18. Scaling Didekat Sambungan Pelat Beton. 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Pencampuran adukan beton buruk. 
2). Agregat kotor yang menyebabkan lumpur/lanau dan lempung mengalir ke 
permukaan saat proses penyelesaian. 
3). Perawatan pengeringan beton kurang baik 
4). Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Kekuatan beton turun 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Kedalaman Scaling. 
2). Luas daerah yang dipengaruhi 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah 

29 

•  Cara perbaikan 
1). Pelat diganti. 
2). Penambalan parsial atau diseluruh kedalaman 
3). Pada area rusak dengan kedalaman sekitar 10 mm atau kurang, perbaikan 
sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penutup larutan emulsi 
aspal. 
4). Jika kerusakan perkerasan dalam, perkerasan harus ditutup dengan beton 
aspal sebagai lapis tambahan (overlay). 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.11.(Shahin, 
1994). 

Tabel. 8.11. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Jalur/Bahu Jalan Turun (Lane/Shoulder Drop - Off) (Shahin, 1994) 

Tingkat 
Kerusakan 
Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Retak  peta  terjadi  hampir  diseluruh  area  pelat. 
Permukaan  dalam  kondisi  baik,  dengan  hanya 
sedikit Scaling 
Belumperlu diperbaiki 
Pelat mengalami scaling, tapi luasnya < 15% luas 
pelat 
Belum  perlu  diperbaiki; 
penggantian pelat 
H  Pelat mengalami scaling, luasnya > 15% luas pelat 
Penambalan kedalaman parsial 
atau  seluruhnya;  penggantian 
pelat; lapisan tambahan 


4.2).  Gompal (Spalling) 
  Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecah atau disintegrasi dari beton 
pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang 
atau melintang (Gbr. 8.19). Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya 
memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut. 
  Dalam PCI (Shahim, 1994), gompal dibagi dalam dua jenis yaitu gompal sudut dan 
gompal sambungan. 



30 











Gbr. 8.19. Gompal Pada Sambungan 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Akibat  dari  penutupan  sambungan  atau  retakan  yang  buruk,  sehingga 
memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau 
retakan. 
2). Bebtuk sambungan buruk. Gompal terjadi akibat panas yang menyebabkan 
pelat  memuai. Pemuaian  ini  memecahkan beton  pada  sambungan  atau 
retakan yang terisi oleh material keras, karena pemuaian pelat menjadi 
tertahan. 
3). Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong sambungan 
ekspansi,  tidak  diletakkan  dalam  posisi  sejajar  dengan  sumbu  dan 
permukaan perkerasan. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Kekuatan beton turun 
3). Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1). Kedalaman maksimum gompal. 
2). Panjang sambungan atau tepi yang dipengaruhi. 
31 

•  Cara perbaikan 
1). Penambalan  pada  sebagian  kedalaman,  untuk  kedalaman  gompal  lebih 
besar dari 50 mm. 
2). Lapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.12a dan 
8.12b.(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.12a. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Gompal Sudut (Spalling Corner) (Shahin, 1994) 

Kedalaman Gompal 
Dimensi Sisi – Sisi Gompal 
5 x 5 inc – 12 x 12 inc 
(125 x 125 mm – 305 x 305 mm) 
> 12 x 12 inc 
( 305 x 305 mm) 
< 1 inc (25 mm)  L  L 
> 1 – 2 inc 
(> 25 – 51 mm) 
L  M 
> 2 inc 
(51 mm) 
M  H 
L    :   Belum perlu diperbaiki 
M  :   Penambalan di kedalaman parsial 
H   :   Penambalan dikedalaman parsial 

Tabel. 8.12b. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Gompal Sudut (Spalling Corner) (Shahin, 1994) 


Pecahan Gompal  Lebar Gompal 
Panjang Gompal 
< 2 ft (0,6 
mm) 
> 2 ft (0,6 
mm) 
Terikat, tidak dapat dengan mudah 
dibongkar (sedikit pecahan hilang) 
< 4 inc (102 mm) 
> 4 inc 
Longgar,  dapat  dibongkar  dan 
beberapa  pecahan  hilang;  jika 
banyak  pecahan  hilang  gompal 
dangkal, kurang dari 1 inc (25 mm) 
<  4 inc 
> 4 inc 
Hilang banyak 
pecahan terbongkar 
< 4 inc 
> 4 inc 
L   :   Belum perlu diperbaiki 
M :   Penambalan di kedalaman parsial 
H  :   Penambalan di kedalaman parsial; rekonstruksi sambungan.   

4.3).  Agregat Licin ( Polished Agregate) 
Agregat  licin  adalah  tergosoknya  partikel  agregat  di  permukaan  perkerasan, 
sehingga  permukaannya  menjadi  licin  karena  aus  (Gbr.  8.20).  Kadang-kadang 
permukaan perkerasan menjadi licin dan mengkilat. 
32 










Gbr. 8.20. Agregat Licin Akibat Aus 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga oleh beban lalu 
lintas permukaan perkerasan menjadi aus dan licin, terutama saat basah 
atau hujan. Beberapa kerikil secara alami permukaannya halus. Bila agregat 
ini tidak dipecat saat digunakan dalam campuran beton-beton, maka akan 
dapat mengurangi kekesatan permukaan. 
2). Kualitas mortal pada permukaan tidak baik. 
3). Pengecoran beton kurang baik, sehingga mengakibatkan naiknya air semen 
ke permukaan. 

•  Resiko lanjutan 
1). Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2). Membahayakan pengguna jalan, karena permukaan jalan licin. 
3). Area kerusakan meluas. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Panjang jalan yang dipengaruhi. 

•  Cara perbaikan 
1). Permukaan perkerasan ditutup dengan aspal yang tahan aus. 
2). Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan 
33 

Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.13. 
(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.13. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Agregat Licin (Polished Agregate) (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
  Tidak ada definisi derajat kerusakan, tetapi 
derajat  kelicinan  nampak  signifikan 
sebelum  diperhitungkan  dalam  survey 
kondisi dan dinilai sebagai kerusakan. 
Permukaan  dibuat  alur-alur; 
lapisan tambahan 


4.4).  Popouts 
  Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkerasan oleh aksi kombinasi beku - cair dan 
ekspansi agregat, yang menyebabkan materila perkerasan lepas dan menyebar di 
permukaan  (Gbr.  8.21).  Popouts  biasanya  berdiameter  antara  25  –  100  mm 
dengan kedalaman 13 – 50 mm 








Gbr. 8.21. Popouts 

•    Faktor penyebab kerusakan 
Aksi kombinasi beku - cair dan ekspansi agregat, yang menyebabkan materila 
perkerasan lepas dan menyebar di permukaan  

•   Resiko lanjutan 
Popoust meluas 

34 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Kerapatan kerusakan di ukur, jika ada keraguan bahwa rata-ratanya lebih besar 
dari 3 Popoust per sq.ft, paling tidak tiga area acak setiap 1 sq.tf harus dicek (1 
sq.ft = 0,84 m
2
). Jika rata-ratanya lebih besar dari kerapatan tersebut, maka 
pelat harus dihitung. 

•  Cara perbaikan 
Tidak perlu diperbaiki. 
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI (Pavement Condition Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.  8.14. 
(Shahin, 1994). 

Tabel. 8.14. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Popouts  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
  Tidak ada definisi derajat kerusakan, tetapi 
Popoust  nampak  signifikan  sebelum 
diperhitungkan dalam survey kondisi dan 
dinilai sebagai kerusakan. Kerapatan rata-rata  popoust  harus  melebihi  sekitar  3 
popoust per yard persegi, di seluruh area 
pelat. 
Permukaan  dibuat  alur-alur; 
lapisan tambahan 

8.5).  Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts) 
Tambalan adalah area perkerasan yang telah dibongkar dan diganti dengan material 
pengisi.  Penambalan  sering  dilakukan  dalam  area  perkerasan  guna  perbaikan 
perkerasan, dimana dibawah perkerasan ada parit atau lubang yang harus diperbaiki. 
Oleh  kurangnya  pemadatan,  maka  di  area  tambalan  ini  terjadi  penurunan  yang 
merusakkan tambalan. (Gbr. 8. 22). 






Gbr. 8.22. Kerusakan Tambalan Aspal Pada Perkerasan Beton 
35 

Dalam  metode  PCI  (Shahin,  1994),  kerusakan  tambalan  dan  galian  utilitas  dibagi 
menjadi dua yaitu: 
1. Tambalan besar (Large), luasnya > 5 sq.ft (> 0,45 m
2
). 
2. Tambalan kecil (small), luasnya < 5 sq.ft (< 0,45 m
2

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Pemadatan tambalan kurang 
2). Cara penambalan kurang benar. 

•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Luas tambalan 
2).  Jumlah tambalan 

•  Cara perbaikan 
1).  Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan lagi, lalu ditambal. 
2).  Perbaikan  sementara  dapat  dilakukan  dengan menambal  perkerasan  yang 
rusak dipermukaan. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi dan pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam Tabel. 8.15a. dan 8.15b. 
(Shahin, 1994). 
Tabel. 8.15a. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Tambalan Besar > 5 sq.ft (> 0,45 m
2
) (Patching Large)  (Shahin, 1994) 

Tambalan Besar 
Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Tambalan berfungsi dengan baik dengan tanpa atau 
sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Tambalan agak rusak dan/atau diikuti gompal ukuran 
sedang yang dapat dilihat disekitar pinggir. Material 
tambalan dapat dicabut dengan cukup usaha. 
Belum  perlu  diperbaiki, 
tambalan di ganti. 
Tambalan  rusak  besar.  Kerusakan  selanjutnya 
menuntut penggantian tambalan. 
Tambalan diganti. 

36 

Tabel. 8.15b. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Tambalan Besar < 5 sq.ft (< 0,45 m
2
) (Patching Large)  (Shahin, 1994) 

Tambalan Besar 
Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Tambalan berfungsi dengan baik dengan tanpa atau 
sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Tambalan agak rusak dan/atau diikuti gompal ukuran 
sedang yang dapat dilihat disekitar pinggir. Material 
tambalan dapat dicabut dengan cukup usaha. 
Belum  perlu  diperbaiki, 
tambalan di ganti. 
Tambalan  rusak  besar.  Kerusakan  selanjutnya 
menuntut penggantian tambalan. 
Tambalan diganti. 

8.6).  Lubang (Pothole) 
Lubang  adalah  kerusakan  berbentuk  cekungan  akibat  penurunan  permukaan 
perkerasan beton dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan bersudut seperti 
Gompal (Gbr. 8.23). Pada kerusakan lubang, perkerasan beton pecah dan ambles. 
Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak 
dan disintegrasi dari pelat beton. 








Gbr. 8.23. Kerusakan Lubang di Pojok Pelat Beton 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Retak lokal di dalam tulangan yang terbuka. 
2). Aksi pembekuan. 
3). Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan 
4). Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup. 
•  Resiko lanjutan 
1).  Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. 
2).  Ukuran lubang bertambah. 
37 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman lubang 
2).  Luas lubang 
3).  Jumlah lubang 
•  Cara perbaikan 
1).  Penambalan beton yang rusak di permukaan untuk perbaikan sementara. 
2).  Penambalan diseluruh kedalaman untuk perbaikan permanen. 

8.7).  Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage) 
  Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah 
atau  batuan  berkumpul  pada  sambungan  atau  sembarang  kondisi  yang 
memungkinkan infiltrasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya 
penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan (Gbr. 8.24). 
Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material 
keras  kedalamnya  sehingga  dapat  menghalangi  pemuaian  arah  horisontal  yang 
mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan dan terjadi gompal. 








Gbr. 8.24. Kerusakan Penutup Sambungan 
•  Faktor penyebab kerusakan 
1).  Aus dan lapuknya bahan penutup sambunga.. 
2).  Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk. 
3). Kualitas bahan penutup sambungan rendah 
4). Bahan penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di dalam sambungan. 
5). Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding sambungan. 
6). Bentuk penutup sambungan tidak bagus, Pemompaan dan rocking pada pelat. 
38 

•  Resiko lanjutan 
1).  Dapat menyebabkan pemompaan atau rocking. 
2).  Kenyamanan kendaraan berkurang. 
3).  Menambah kebisingan. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Persen  panjang  dari  sambungan  yang  mengalami  kerusakan  pada  penutupnya 
terhadap panjang sambungan secara keseluruhan. 
•  Cara perbaikan 
Penggantian bahan penutup sambungan. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.8.16.  (Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.16. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Penutup  sambungan  umumnya  masih  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada sedikit kerusakan. 
Belum perlu diperbaiki 
Penutup  sambungan  umumnya  agak  kurang  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada satu atau lebih kerusakan 
ukuran sedang. Penutup perlu diganti dalam kurun 
waktu 2 tahun.  
Sambungan  ditutup 
kembali 
Penutup  sambungan  umumnya  kurang  bagus 
diseluruh bagian, hanya ada satu atau lebih kerusakan 
parah. Penutup perlu segera diganti  
Sambungan  ditutup 
kembali 

8.8).  Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars) 
  Tegangan kekang dapat timbul ketika Dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat 
beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut. Kerusakan, biasanya terjadi pada 
satu sisi dari pelat beton. Batang dowel yang macet dapat mengakibatkan gompal 
(spalling) pada sambungan beton. 
•  Faktor penyebab kerusakan 
Dowel  tidak  lurus  atau  tidak  licin,  sehingga  pelat  beton  menjadi  tidak  bebas 
mengembang  dan  menyusut.  Tegangan  geser  yang  tinggi  terjadi  saat  beton 
mengalami  siklus  kembang  susut.  Karena  batang  dowel  tidak  bebas bergerak, 
maka retak akan terjadi. 

39 

•  Resiko lanjutan 
1).  Dapat memicu terjadinya gompal dan retak – retak pada pelat. 
2).  Bila kerusakan telah parah, menganggu kenyamanan dan keselamatan lalu 
lintas. 
•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
1).  Kedalaman maksimum gompal. 
2).  Panjang sambungan atau tepi yang dipengaruhi. 
•  Cara perbaikan 
1).  Dowel diberi pelicin/diminyaki. 
2).  Bila  pelat  telah  mengalami  gompal  maka  dilakukan  penambalan  dengan 
memperbaiki dowel yang macet. 

8.9).  Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) 
  Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar 
dan/atau antara lintasan rel. (Gbr. 8.25).  








Gbr. 8.25. Kerusakan Pada Persilangan Jalan Rel 

•  Faktor penyebab kerusakan 
1). Amblesnya  perkerasan,  sehingga  timbul  beda  elevasi  antara  permukaan 
perkerasan dengan permukaan rel. 
2). Pelaksanaan pekerjaan perkerasan atau pemasangan rel yang buruk. 

•  Resiko lanjutan 
Mengganggu kenyamanan kendaraan 
40 

•  Data yang diperlukan untuk perbaikan 
Jumlah pelat beton dalam persilangan dengan rel dihitung. Sembarang tonjolan 
besar  yang  diakibatkan  oleh  lintasan  rel  harus  dianggap  sebagai  bagian  dari 
persilangan. 
•  Cara perbaikan 
1.  Penambalan parsial. 
2).  Rekonstruksi persilangan jalan rel. 
Tingkat  kerusakan  perkerasan  untuk  hitungan  PCI  (Pavement  Condition  Index), 
identifikasi  dan  pemilihan  perbaikannya  ditunjukkan  dalam  Tabel.8.17.  (Shahin, 
1994). 
Tabel. 8.17. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan  
Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing)  (Shahin, 1994) 

Tingkat Kerusakan  Identifikasi Kerusakan  Pilihan Untuk Perbaikan 
Persilangan jalan rel menyebabkan sedikit gangguan 
kenyamanan kendaraan. 
Belum perlu diperbaiki 
Persilangan jalan rel menyebabkan cukup gangguan 
kenyamanan kendaraan.  
Penambalan  kedalaman 
parsial,  persilangan 
direkonstruksi. 
Persilangan  jalan  rel  menyebabkan  gangguan  besar 
pada kenyamanan kendaraan.  
Penambalan  kedalaman 
parsial  ;  persilangan 
direkonstruksi. 


8.10).  Retak Pada Perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan 
Gambar 8.26. berikut menunjukkan retak dalam perkerasan beton bertulang tanpa 
sambungan. Retak umumnya berjarak dekat (1,2 – 2,4 m) dan sering polanya acak 
(Yoder dan Witczak, 1975). 








Gbr. 8.26. Retak Dalam Perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan  
Berjarak Dekat dan Acak (Yoder dan Witczak, 1975). 
41 

        Pada pandangan sekilas, pada bagian retak tersebut merupakan struktur yang 
lemah. Akan tetapi retak semacam ini sudah biasa dan bukan merupakan hal yang 
serius, asalkan beberapa faktor yang lain harus juga diperhatikan. Dalam praktek tipe 
perkerasan  semacam  ini  beresiko  terjadinya  pemompaan.  Karena  itu  struktur 
perkerasan harus diletakkan pada pondasi yang kuat. Tipe perkerasan seperti ini, jika 
dibangun dengan perancangan yang baik, dan jika tulangan beton cukup memadai, 
maka akan menghasilkan perkerasan yang rata dengan sedikit pemeliharaan.  
Banyak  perkerasan  kontinyu  yang  telah  dibangun  menunjukkan  kinerja  yang 
memuaskan dalam melayani volume lalu lintas sangat  tinggi (Yoder dan Witczak, 
1975).  
8.11).  Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi 
         Seperti halnya pada perkerasan aspal, gerakan tanah pondasi dibawah timbunan 
jalan akan menyebabkan gerakan perlahan pada lerengnya dan dapat menyebabkan 
kerusakan  perkerasan  yang  relatif  meluas.  Gerakan  lereng  ini  umumnya  akan 
menyebabkan  perkerasan  beton  bergerak  kebawah  dan  sering  diikuti  dengan 
retakan-retakan. 
Pada Gbr. 8.27. ditunjukkan perkerasan beton yang dibangun diatas lapisan lanau 
organik  yang  tebal  dan  mengalami  penurunan  konsolidasi  yang  diikuti    dengan 
keruntuhan tanah timbunan pada kedalaman yang dalam 
          Perlu diingat bahwa menambahkan material diatas perkerasan akan menambah 
beban timbunan, sehingga bila penurunan konsolidasi yang terjadi diikuti dengan 
gerakan  lereng  timbunan  ke  arah  bawah,  maka  penambahan  lapis  perata  atau 
material lain diatas timbunan akan semakin menambah resiko terjadinya longsoran 
pada  lereng  timbunan.  Oleh  karena  itu  bila  gerakan  lereng  atau  turunnya  tanah 
pondasi sudah sedemikian besar, maka lebih baik jika dilakukan perbaikan lereng.  Beton Bertulang Tanpa Sambungan  
Berjarak Dekat dan Acak (Yoder dan Witczak, 1975). 
41 

        Pada pandangan sekilas, pada bagian retak tersebut merupakan struktur yang 
lemah. Akan tetapi retak semacam ini sudah biasa dan bukan merupakan hal yang 
serius, asalkan beberapa faktor yang lain harus juga diperhatikan. Dalam praktek tipe 
perkerasan  semacam  ini  beresiko  terjadinya  pemompaan.  Karena  itu  struktur 
perkerasan harus diletakkan pada pondasi yang kuat. Tipe perkerasan seperti ini, jika 
dibangun dengan perancangan yang baik, dan jika tulangan beton cukup memadai, 
maka akan menghasilkan perkerasan yang rata dengan sedikit pemeliharaan.  
Banyak  perkerasan  kontinyu  yang  telah  dibangun  menunjukkan  kinerja  yang 
memuaskan dalam melayani volume lalu lintas sangat  tinggi (Yoder dan Witczak, 
1975).  
8.11).  Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi 
         Seperti halnya pada perkerasan aspal, gerakan tanah pondasi dibawah timbunan 
jalan akan menyebabkan gerakan perlahan pada lerengnya dan dapat menyebabkan 
kerusakan  perkerasan  yang  relatif  meluas.  Gerakan  lereng  ini  umumnya  akan 
menyebabkan  perkerasan  beton  bergerak  kebawah  dan  sering  diikuti  dengan 
retakan-retakan. 
Pada Gbr. 8.27. ditunjukkan perkerasan beton yang dibangun diatas lapisan lanau 
organik  yang  tebal  dan  mengalami  penurunan  konsolidasi  yang  diikuti    dengan 
keruntuhan tanah timbunan pada kedalaman yang dalam 
          Perlu diingat bahwa menambahkan material diatas perkerasan akan menambah 
beban timbunan, sehingga bila penurunan konsolidasi yang terjadi diikuti dengan 
gerakan  lereng  timbunan  ke  arah  bawah,  maka  penambahan  lapis  perata  atau 
material lain diatas timbunan akan semakin menambah resiko terjadinya longsoran 
pada  lereng  timbunan.  Oleh  karena  itu  bila  gerakan  lereng  atau  turunnya  tanah 
pondasi sudah sedemikian besar, maka lebih baik jika dilakukan perbaikan lereng.

3 komentar: