Rabu, 26 November 2014

PENGERTIAN DRAINASE SECARA UMUM

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
·         Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
·         Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro

Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah :
a.      Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
b.       Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
c.         Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
d.      Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
e.       Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannya
f.         Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

Macam saluran untuk pembuangan air dapat dibedakan menjadi :
1. Saluran Air Tertutup
a.    Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
b.    Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.
2. Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a.    Saluran Alam ,meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
b.     Saluran Buatan ,seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
·         Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal.
·         Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
·         Got miring (chute) : selokan yang curam.
·         Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek.
·         Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
·         Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.


Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.[1]
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.[2]
Drainase terbagi menjadi:[1]
  • drainase utama
  • drainase sekuder
  • drainase tersier
  • drainase laut
1.      "jenis Drainase dan permasalahanya". Diakses pada 7 Mei 2010.
2.      ^ Dr. Ir. Suripin, M. Eng (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi Yogyakarta.

Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama     pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki     konservasi lingkungan.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.


Selasa, 18 November 2014

Makalah Struktur Baja 1 Tentang Metode Pemasangan Jembatan Dengan Perancah

TUGAS MAKALAH
STRUKTUR BAJA I
 “ JEMBATAN METODE PEMASANGAN PERANCAH “




KONSTRUKSI SIPIL 2C


·        MARIA SEPTIASNI SELLY MARTINS     (3.12.12.2.13)
·        M. CHAIRUL FAJAR                      (3.12.12.2.14)
·        M. ISSAK AL KINDI                     (3.12.12.2.15)
·        ROSALIA OKTAVIADI                     (3.12.12.2.18)
·        TOMI YANUARISKA                       (3.12.12.2.19)
·        YANA ADITYA FINDASTA                  (3.12.12.2.21)





POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "JEMBATAN BAJA METODE PEMASANGAN PERANCAH".


Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan Bapak Setijaka selaku dosen  struktur baja I yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Semarang, 18 September 2013




Penyusun

   



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini biasanya jalan berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk, 1995). Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat kepentingan yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir. Bambang Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan lumpuh.

Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks, dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.

Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek konstruksi Jembatan.
2. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Rangka




1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek konstruksi Jembatan.
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan Rangka

1.4 BATASAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, batasan masalah yang digunakan yaitu
hanya meninjau metode pelaksanaan konstruksi Jembatan pada struktur utama.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN JEMBATAN RANGKA BAJA

Jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain.

            Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang batang baja struktur tersebut, sebagai gaya gaya tekan dan tarik, melalui titik titik pertemuan batang (Titik Buhul). Gaya gaya eksentrisitas yang dapat menimbulkan momen sekunder selalu dihindari. Oleh karena itu garis netral tiap tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.

            Dengan demikian ada hal hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruksi rangka baja yaitu :
  • ·         Mutu dan dimensi tiap tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagainya. Oleh karena itu batang batang rangka jembatan harus dijaga selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasangan.
  • ·         Kekuatan pelat penyambung harus lebih besar daripada batang yang disambung (Struktur sambungan harus lebih kuat dari batang utuh).
  • ·         Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya yang dapat menyebabkan momen sekunder, maka garis netral tiap batang yang bertemu harus berpotongan melalui satu titik (harus merencanakan bentuk pelat buhul yang tepat).
Pelat buhul yang paling ujung, baik pelat buhul bawah maupun atas, Biasanya panjangnya dilebihi, untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila diperlukan.


2.2 MACAM JEMBATAN RANGKA BAJA

Macam jembatan rangka baja
            Ada berbagai macam jembatan rangka baja ditinjau dari negara pembuatnya, yaitu :
  • ·         Jembatan rangka Belanda
  • ·         Jembatan rangka Australia
  • ·         Jembatan rangka Jepang
  • ·         Jembatan rangka inggris

2.3 METODE PEMASANGAN

Macam Metode
            Ada 4 (empat) metode yang dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan/penyetelan perangkat jembatan rangka baja yaitu :
1.      Pemasangan dengan cara memakai perancah.
2.      Pemasangan dengan cara cantilever (pemasangan konsol sepotong demi
         sepotong.
3.      Pemasangan dengan cara peluncuran.
a. Bentang tunggal.
b. Bentang lebih dari satu.
4.      Kombinasi dari ketiga cara di atas.

2.4 KRITERIA PEMILIHAN METODE
            Dari berbagai cara tersebut perlu dipilih  cara yang paling sesuai dengan keadaan pekerjaan yang akan dihadapi.

            Ada beberapa hal yang dipertimbangkan pada waktu menentukan cara pemasangan jembatan yang paling sesuai, yaitu :

1)      Kondisi/sungai ditempat jembatan akan dibangun, misalnya lebar, sempit, dalam, dangkal, berarus deras, banyak mengandung batu/karang, berpasir dan sebagainya.

2)      Daerah sekitar dan jalan yang menyambung ke jembatan, lurus, rata, miring, berbelok, berada pada dasar suatu galian atau berada diatas timbunan, tinggi, rendah, dan sebagainya.

3)      Apakah material, mesin-mesin/peralatan, dan tenaga kerja cukup tersedia di sekitar lokasi jembatan, atau harus didatangkanndari tempat yang cukup jauh.

4)      Bagaimana cara untuk mencapai lokasi jembatan, baik untuk orang, material maupun peralatan, melalui darat, sungai atau udara.

5)      Jumlah bentang rangka baja yang akan dipasang.

Menggunakan Perancah.

          Metode menggunakan perancah dipilih bila keadaan sungai sebagai berikut :
  • Dasar Sungai berpasir, atau lempung atau tanah keras, sehingga memudahkan pemasangan tiang perancha.
  • Dangkal, atau tidak terlalu dalam, sehingga tidak memerlukan tiang perancah yang terlalu tinggi.
  • Kecepatan arus rendah, yang akan mengurangi gaya gaya mendatar terhadap tiang perancah.
  • Bebas dari barang hanyutan, yang bisa merusak atau merobohkan tiang perancah.
  • Terdapat bangunan lama, yang dapat dipakai sebagai penyangga sementara bagi bangunan/jembatan baru yang akan dibangun.



BAB III

3.1 PENGERTIAN PERANCAH

Pengertian Perancah atau Scaffolding dan Jenisnya Perancah (scaffolding) atau steger merupakan konstruksi pembantu pada pekerjaan bangunan gedung.
Perancah dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2 meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah adalah work platform sementara. Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya.

Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah. Scaffolding sendiri terbuat dari pipa - pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang beban yang ada di atasnya.

Dalam pengerjaan suatu proyek, butuh atau tidaknya penggunaan scaffolding bisa tergantung kepada pemilik proyek. Karena adanya perbedaan antara biaya menggunakan bambu dan scaffolding. Scaffolding digunakan sebagai pengganti bambu dalam membangun suatu proyek. Keuntungan penggunaan scaffolding ini adalah penghematan biaya dan efisiensi waktu pemasangan scaffolding.

Ada tiga type dasar :

·         Supported scaffolds, yaitu platform yang disangga oleh tiang, yang dilengkapi dengan pendukung lain seperti sambungan-sambungan, kaki-kaki, kerangka-kerangka dan outriggers
·         Suspended scaffolds, yaitu platform tergantung dengan tali atau lainnya
·         Aerial Lifts, penopang untuk mengangkat seperti “Man Baskets” atau keranjang manusia

Fungsi Perancah

Sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi tukang / pekerja sehingga keselamatan kerja terjamin. Sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti pekerja di bawah harus terlindung dari jatuhnya bahan atau alat.


3.2 JENIS PERANCAH

Jenis Perancah

1. Perancah Andang.
Perancah atau andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5 – 3 m. Apabila pekerjaan lebih tinggi maka tidak digunakan andang lagi.


Macam - macam perancah andang:
·         Perancah andang kayu cara membuatnya cepat dan dapat dipindah pindahkan. Untuk tinggi perancah tetap tidak dapat disetel. Biasanya pada pekerjaan yang tingginya tidak lebih dari 3 m, untuk pekerjaan lebih tinggi dari 3 m menggunakan perancah tiang.

·         

Perancah andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya memakai tali ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas dsb. Pada perancah andang bambu ini sudah disetel terlebih dahulu, sehingga tinggi dan panjangnya tidak dapat distel kembali. Biasanya andang bambu dapat dipakai pada ketinggian pekerjaan tidak lebih dari 3 m, mengenai kaki andang bambu ada yang pakai 2 atau 3 pasang.          

·         Perancah besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan dapat dipindah-pindahkan.Tinggi perancah besi dapat disetel untuk jarak kaki perancah yang satu dengan yang lain hingga 180 cm dengan tebal papan 3cm.

2. Perancah Tiang.
Perancah tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m, Perancah tiang bisa dibuat sampai 10 m lebih tergantung dari kebutuhan. Perancah tiang ada 3 macam:



a.Perancah tiang dari bambu.

 Pada umumnya perancah bambu banyak dipakai oleh pekerja di lapangan, baik pada bangunan bertingkat maupun tidak. Alasannya adalah: Bambu mudah didapat, kuat, dan murah. Pemasangan perancah bambu mudah dibongkar dan dapat dipasang kembali tanpa merusak bambu. Bahan pengikatnya pakai tali ijuk.
b. Sistem perancah bambu dengan konsol dari besi.
Sistem perancah bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu tiang     

bambu saja, berbeda dengan perancah yang ditahan oleh beberapa tiang.

Keuntungannya adalah sbb :

·       Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan,
·       Cara pemasangannya lebih cepat daripada perancah bambu,
·       Lebih praktis dan menghemat tempat.
·       Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat diatasnya,
·       Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong,
c. Perancah tiang besi atau pipa.

Pada perancah tiang dari besi atau pipa alat penyambungnya memakai
     kopling, untuk penyetelannya lebih cepat dibandingkan  perancah tiang bambu.

3. Perancah Besi Beroda
 Perancah besi beroda ini terbuat dari pipa galvanis. Pada perancah besi beroda dapat dipasang di lapangan atau didalam ruangan. Fungsi rodanya  adalah untuk memindahkan perancah. Pada perancah besi beroda sedikit lain dari perancah yang ada, karena disini bagian-bagian dari tiangnya sudah berbentuk kusen, sehingga penyetelan / pemasangannya lebih mudah dan praktis.

4. Perancah Besi tanpa Roda.

 Perancah ini terdiri dari komponen-komponen; Kaki pipa berulir, kusen bangunan, penguat vertikal, tiang sandaran, sambungan pasak, papan panggung, panggung datar, Papan pengaman, tiang sandaran, penutup sandaran, konsol penyambung, penopang, konsol keluar, tiang sandaran tangga, pinggiran tangga, anak tangga, sandaran tangga, dan sandaran dobel.

5. Perancah Menggantung
 Pada perancah menggantung digunakan pada pekerjaan pemasangan eternit, pekerjaan finishing pengecatan eternit, plat beton, dst. Jadi perancah menggantung digunakan pada pekerjaan bagian atas saja dan pelaksanaannya perancah digantungkan pada bagian atas bangunan dengan memakai tali atau rantai besi. 


6. Perancah Frame
Frame ini biasanya terbuat dari pipa atau tabung logam. Perancah ini dapat disusun sedemikian rupa menjadi satu kesatuan perancah yang tinggi untuk menopang pekerja dalam kegiatan konstruksi berlokasi tinggi.

7. Perancah Dolken
Merupakan perancah yang berbahan kayu dolken. Kayu bulat/ dolken Biasanya digunakan untuk tiang-tiang perancah dan ukuran yang biasanya digunakan adalah berdiameter 6 – 10 cm.

8. Two Point Adjustable Suspension Scaffold

9. Strip Board One Side Scaffold


10. Auxiliary Fixtures For Pipe Scaffolding

11. Bracket One Side Scaffold

12. Independent Scaffold
 Suatu perancah dengan dua baris standar jarak 1.2m
    Mempunyai daya dukung sendiri

    Satu baris mendukung bagian luar dan bagian dalam dari deck dengan jarak 1.2m hingga 2.4m
    Balok lintang tidak dipasang ke dinding dari gedung.
    Tetapi tidak berdiri sendiri, ini ditopang oleh struktur gedung
    Independent scaffold memerlukan ties untuk stabilitas lateral.
    Tanpa beban vertikal yang dialihkan pada gedung.
    Pasangan standards yang dihubungkan dengan gedung
    sejajar horizontal dengan horizontal tubes called ledgers.
    Ledgers berjarak vertikal pada the working height of 2m.
    Bagian dalam dan luar dari standar (tiang) dihubungkan dengan dengan transoms.
    Transoms umumnya dihubungkan dengan dengan standar di atas ledgers.
    Transoms dapat berjarak dari tiang 250mm untuk menyesuaikan panjang papan.


13. Birdcage Scaffold
    Terdiri dari dua baris tiang yang semuanya dihubungkan dengan Ledgers, Transoms and Braces
    Biasanya digunakan pada pemasangan plafon dan pengecatan.
    Hand rail and toe boards dipasang di bagian luar dari perimeter dari  scaffold platform

14. Access Tower Scaffold
    Scaffold yang hanya digunakan untuk access.
    Digunakan untuk menimbun material atau peralatan tidak diperbolehkan.
    Dibangun dengan pipa-pipa dan fittings atau berupa modul-modul A-Frames.
    Terutama digunakan untuk safe access to elevated areas.
    Access menggunakan tangga atau papan-papan
    Aluminium steps setiap level.
    Tidak diperuntukkan sebagai papan kerja.
    Tergantug dari tingginya access tower umumnya ringan dan digunakan untuk medium duty.
    Bila lebih dari 15m harus diperhitungkan dan di setujui penanggung jawab.
    Handrail, mid-rails and kick boards harus dipasang pada setiap level.
    Tower harus dikencangkan (secured) dengan gedung atau structure setiap dua lift.
    Tower tidak dapat berdiri sendiri.
    Pembebanan peralatan or materials menggunakan tower ini tidak praktis.
    Ladders harus bersandar pada sudut 1-4 lean, not vertical
    Ladders harus dikencangkan pada top and bottom.

15.  Cantilever Scaffold

    Cantilever scaffold ditopangkan atau disangga pada salah satu ujungnya
    Cantilever scaffold umumnya dibangun dengan pipa (tubular) dan fittings, tetapi sistem lain dari scaffod dapat digunakan juga.

16. Putlog Scaffold

    Ditumpu oleh jajaran tiang sebelah dan yang sebelah ditopang oleh gedung, berbeda dari independent scaffold.
    Jajaran tiang berjarak from 1.5 to 2.1m apart.
    Scaffold didirikan 1.2 m dari dinding structure
    Ledgers dipasang pada tiang
    Ketinggian Lift 1.8 to 2m.
    Putlog tubes dipasang (ditempelkan) pada tiang.
    Panjang pipa (Transoms) 1.5m

17. Suspended Scaffold
    Suspended scaffold ditopang dari atas
    Tidak ada penyangga dari bawah
    Digunakan pada bukaan yang tinggi
    Panjang suspended scaffold tidak boleh lebih dari 6m
    Semua suspended tubes perlu selalu diperiksa safety fittings
    Digunakan terutama pada tempat di atas air dimana scaffolding tidak dapat dibangunan di atas tanah

18. Mobile Scaffold
    Mobile work platform digunakan pekerjaan yang pindah dari satu tempat ke tempat lain
    Alasnya harus 2 kali lipat tingginya untuk  yang lebih tinggi lebih dari 3 m
    Tiang-tiangnya dipasang dengan roda
    Penggunaan ban (berisi angin) tidak diperkenankan
    Caster wheels harus mempunyai manual brake untuk lock wheels in place.
    Biasanya menggunakan concrete floors atau hard surfaces untuk mempermudah  
    moveability

contoh mobile scaffold:
·         Castor wheels (roda) harus mempunyai locking brake
·         Jumlah roda tidak dibatasi sesuai kebutuhan
·         Ladder access dapat ditambahkan
·         Plan, side and heel and toe bracing harus dipasang sebagai bagian dari scaffold


3.3 URUTAN PELAKSANAAN METODE PERANCAH

Sistem  Perancah Falsework
            Urutan  pelaksanaan sistem ini dapat  di uraikan sebagai berikut :
Ø  Dilakukan pekerjaan-pekerjaan persiapan seperti yang di lakukan nomer 8

Ø  

Pasang tanda As jembatan pada perletakan jembatan(abutment/pilar).Kemudian berdasarkan As tersbut tetapkan tanda letak sisi rangka jembatan .

Ø  

Pasang balok -balok ganjal sementara di bawah titik buhul ujung jembatan ,setinggi kebutuhan,sehingga cukup untuk mengatur  pemasangan struktur perletakan jembatan .Untuk kestabilan usahakan ganjal jangan terlalu tinggi

Ø  Berpedoman pada As sisi rangka baja,perancah dipasang pada tiap titik buhul yang akan di dukung .Khusus untuk titik buhul yang memiliki baut vertical ,perancah di geser sedikit agar  proses pemasang baut vertical tersebut tidak mengalami kesulitan .Bila dasar sungai lunak ,tiang –tiang perancah perlu di pancang secukupnya agar kuat mendukung beban selama pemasangan .Bila dasar sungai keras ,dapat diletakkan saja secara merata  dan  dilindungi kakinya dengan bronjong batu /tumpukkan batu /beton cor
Ø  Elevasi perancah pada masing-masing titik buhul harus di sesuaikan dngan perencanaan jembatan ( beda elevasinya ).
Ø  Perancah pendukung titik buhul sisi kiri di hubungkan dengan perancah pendukung sisi kanan.kemudian tiap baris di hubungkan dengan balok seperlunya untuk jalan orang dan transpotasi komponen jembatan .
Ø  Batang - batang bawah rangka baja di pasang lebih dulu sepanjang jembatan ,kemudian di ikuti di ikuti batang-batang yang lain .Transportasi horizontal batang-batang rangka baja melalui jembatan penghubung perancah ,sedang transpotasi vertical ( pengangkatan) dapat menggunakan alat takal dan Derek ( crane).urutan pemasangan batang-batangnya dapat di liahat pada contoh seketsa di bawah ini.
Prinsip urutan pemasangan yang mula pertama seluruh batang bawah (B1 s/d B7),kemudian batang D1 & D2 ,di lanjutkan D3 & D4 kemudian di hungkan dengan A1 dst.
Pengencangan baut di laksanakan secara bertahap ( dua tahap ) yaitu :
1.      Tahap I pada saat erection ,pengencangan antara 70% sampai 80% atau sekuat tenaga manusia.
2.      Tahap II pada saat erection pengencangan baut sudah selesai di lanjutkan sampai mencapai kekencangan sampai 100% semua baut yang dikencangkan sesuai syarat kekncangannya di beri tanda dengan cat,untuk memudahkan pemeriksaan bila terjadi perubahan ( kendor ) beton slab di cor pada saat jembatan di atas ganjal .
Ø  Bila semua batang telah tersusun dan kekuatan sambungan ( baut ) telah cukup persyaratan ,serta beton slab telah cukup keras maka kedua ujung di angkat sedikit dengan jack / dongkrak ,untuk melepas balok ganjal ( baik yang ada di perletakan maupun ada perancah ).
Ø  Setelah bearing pad di pasang dengan baik maka jembatan di turunkan kembali, di dudukan di perletakannya dengan menurunkan jack secara pelan-pelan .
Ø  Untuk keperluan pengecoran laintai beton bekisting / formwork dapat di tumpukan pada batang baja melintang .setabilitas tumpuan bekisting di perkuat dengan pemasangan baji yang di paku satu dengan yang lain .
Ø  Pengecoran lantai disarankan dimulai dari setengah bentang jembatan , kearah ke dua tepi perletakan , secara seimbang (bergantian) ,agar timbul gaya- gaya yang simetris.
Ø  Khusus jembatan rangka baja yang menggunakan rubber bearing (perletakan dari karet) ,pengecoran lantai beton jembatan di lakukan pada saat jembatan masih di dudukan pada ganjal (perletakan sementara) bila pengecoran lantai beton di lakukan pada saat jembatan terletak di atas rubber bearing maka akan terjadi gaya geser yang cukup besar pada rubber bearing ,yang dapat mengakibatkan pecahnya rubber bearing .
Ø  Bila pengecoran beton lantai di lakukan setelah jembatan di letakan di atas rubber bearing maka akan terjadi deformasi pada rubber bearing .Beton lantai di cor dengan posisi rubber bearing bebas ( jembatan di tahan oleh jack/dongkrak ), setelah pengecoran selesai jembatan di letakkan pada rubber bearing tidak mengalami deformasi ( masih utuh ).