Artikel ditulis oleh: Aan Jindan. “Branding is one of the most powerful ways of promoting product” (Willy Ollins, 1989). Dengan mengacu pada kalimat wally ollins ini, bagaikan suatu produk, branding mempunyai kekuatan untuk mempromosikan suatu kota. Dengan adanya globalisasi maka semakin berkembanglah suatu kota. Setiap tempat akhirnya harus “bersaing” dengan kota lain untuk mendapatkan dan mengumpulkan atensi. Tidak berbeda
jauh dengan sesuatu produk atau perusahaan, suatu kota juga ingin menarik masyarakat untuk dapat hidup, berkembang, berinvestasi dan berkarya.
Dan seiring waktu berjalan dengan baik dan berhasil membuktikan bahwa kota tersebut layak untuk dihuni. Selain itu, tidak hanya “Menarik” masyarakat saja, tetapi “menarik” orang-orang dengan reputasi dan talenta terbaik untuk tinggal di kota tersebut, sehingga bisa terbayangkan bagaimana majunya kota tersebut!
Kota Pekalongan menyadari potensi yang ada di kota ini, sehingga wacana untuk membranding kota ini pun mencuat dan hingga puncaknya pada tanggal 1 April 2011 kemarin dalam rangka rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Pekalongan yang ke-105 di launchingkan pula branding Kota Pekalongan dengan tagline Pekalongan world’s city of Batik, Pekalongan Kota Batik Dunia.
Memang sudah sepantasnya Kota Pekalongan mempunyai julukan atau image yang melekat pada dirinya. Seiring globalisasi, suatu kota tidak lagi terisolasi ataupun terpencil dari dunia. Terutama pada kota-kota besar, akan tapak semakin “seragam” antara yang satu dengan yang lainnya. Maka ada beberapa hal yang membuat suatu kota seperti Pekalongan itu memiliki “sebutan image, citra, atau branding” yang ditampilkan darinya. Sejarah kota Pekalongan termasuk juga peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan bangunan dan gedung gedung ciri khas kota, keunikan kota, kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan seni dari kota Pekalongan, dan juga penduduk dan cara berpikir masyarakat yang menempati kota ini.
Sebutan sebuah kota : whats in a name? hampir semua kota-kota di dunia memiliki sebutan yang melekat pada diri mereka masing-masing seperti Jakarta “Enjoy Jakarta”, Bandung “Parijs Van Java”, New York “Big Apple”, Las Vegas “Sin City”, Solo “Spirit of Java” dan Bali “Shanti-Shanti-Shanti”. Apakah sebutan-sebutan ini mengekspresikan karakter, style atau kepribadian kota tersebut? Apakah ada pesan khusus yang disampaikan melalui sebutan-sebutan kota ini? Apakah sebutan-sebutan ini berbeda antara satu dengan yang lain? Apakah seseorang menjadi termotivasi, terispirasi untuk tinggal di kota tersebut atau untuk belajar di kota tersebut?
Pekalongan adalah Kota Batik, kemasyuran kota Pekalongan sebagai pusat batik tidak diragukan lagi, kepopuleran batik Pekalongan bahkan sudah mendunia. Slogan kata BATIK dipakai sebagai sesanti kota Pekalongan.
Kota BATIK dimaknai sebagai kota yang Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif. Pesatnya industri Batik disini, hingga menjadikan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia. Hal ini yang menginspirasi city branding kota Pekalongan : Pekalongan World’s City of Batik.
Keuntungan dari city branding yang baik, ialah masyarakat akan dengan cepat ingat akan kota tersebut. Misalnya, sebut saja Kota Pekalongan, maka yang langsung terlintas adalah Kota Batik. Namun, perlu adanya kerjasama yang baik dalam satu kesatuan desain. Bidang-bidang seperti tata kota, jalanan, seni, budaya, pariwisata, promosi, marketing, media yang menyiarkan, perawatan kota, pendidikan, dan sebagainya harus bahu membahu menciptakan kota yang diinginkan oleh masyarakatnya.
Unsur-unsur desain komunikasi visual, sebutan, slogan, icon-icon, gedung, jalanan dan tempat tertentu adalah yang membuat suatu kota diingat, namun lebih dari itu juga, “Jiwa” dari para penduduknya yang terus akan membawa kota tersebut mempunyai tempat di dunia. Kesatuan desain yang baik akan mendukung keberhasilan city branding kota Pekalongan.
City branding bukan semata-mata hanya diciptakan saja. Namun sudah menjadi kewajiban dari administrasi kota para pekerja, pelajar, sampai ibu-ibu rumah tangga untuk menciptakan kota dengan suasana yang sama-sama diinginkan. Semangat kebersamaan harus terus ditingkatkan. Kesadaran untuk membuat kota yang Bersih, Nyaman, Tertib dan Indah yang diinginkan bersama harus terlaksana.
Dengan mengacu dari pengertian sebuah organisasi, suatu kota harus mempunyai arah tujuan yang jelas, yang pada akhirnya juga ditujukan supaya pada penduduk kota Pekalongan mempunyai rasa memiliki dan kesadaran yang kuat akan kotanya.
Sementara itu “Pekalongan World’s City of Batik” sebagai suatu city branding harus mampu menggabungkan berbagai macam disiplin dan teknik-teknik aplikasi, selain juga dengan diarahkan oleh pemimpin yang baik. Kerjasama harus dilakukan antara pihak-pihak birokrasi kota, perusahaan dan masyarakat, untuk menciptakan solusi-solusi kreatif, metode-metode hubungan nasional dan internasional, diplomasi dan pengambilan keputusan.
Dengan semua bidangintegrated : Birokrasi kota, hukum, promosi, marketing, media, inftastructure, dan maintenance mesti dilaksanakan, akan membuat kota ini berkembang sesuai dengan kekuatannya, jika semua bidang tersebut jalan untuk menuju tujuan identitas masa depan kota Pekalongan yang diinginkan.
Strategi branding yang berhasil, akan terlihat pada implementasinya pada kota Pekalongan yaitu ketika masyarakat kota mulai memperlihatkan dan menampilkan citra dan sikap positif. Brand kota Pekalongan tersebut baru akan hidup dan berkembang terus jika penduduknya memahami dan menghayati sifat-sifat dan karakter dari kota Pekalongan itu sendiri. Me-manage city branding yang baik, sangat diperlukan dan dilakukan oleh semua pihak. Tempat, gedung-gedung, sejarah, seni kota Pekalongan tidak akan “hidup” bila tidak “dihidupkan” oleh masyarakat dan supaya nantinya juga dinikmati oleh masyarakat dan wisatawan pula! (Penulis adalah Ketua Dewan Kesenian Kota Pekalongan. Artikel ini pernah dimuat dalam Harian Radar Pekalongan)